EDUKASI Headline Animator

Sunday, March 23, 2008

LEGENDA BADAK KENCANA

Badak Kencana adalah dewanya para badak. Ia melindungi badak-badak bercula-satu dari kepunahan. Konon, Badak Kencana muncul ketika jumlah badak-badak bercula-satu di Ujung Kulon mencapai titik nadir.

Menurut cerita warga setempat, Sang Dewa itu datang mengencani badak-badak betina dan meninggalkannya dalam keadaan mengandung, sehingga jumlah badak yang kian menipis itu bisa bertambah. Bahkan terkadang bertambah lebih banyak lagi.

Namun, Badak Kencana itu bukan badak jantan. Ia tidak mempunyai kelamin, karena ia memang bukan sem-barang badak, ia tidak beranak dan diperanakkan.

Para nelayan di Ujung Kulon kini tidak pernah lagi melihat Badak Kencana. Tetapi mereka percaya kisah nenek moyang bahwa setiap kali jumlah badak bercula satu menipis, Badak Kencana akan muncul menyelamatkan mereka dari kepunahan.

Namun bukan hanya para nelayan yang mempercayai sesuatu tanpa melihatnya. Badak bercula satu diper-kirakan tinggal 50 ekor, tetapi angka ini tidak bisa dipastikan, karena mungkin saja jumlahnya 60 ekor.

Tim Sensus yang dikirim dari Jakarta menghitung jumlah badak bukan ber-dasarkan penglihatan atas badak-badak dengan mata kepala sendiri, melainkan, antara lain, berdasarkan jejak tapak kaki yang mereka tinggalkan.

Badak Kencana maupun badak-badak biasa sama-sama tidak pernah terlihat, namun keduanya kini berada di dalam kepala penduduk Ujung Kulon, dan sulit mereka keluarkan lagi seumur hidup.

Jejak tapak itulah yang memberi petunjuk kemunculan kembali Badak Kencana dan menjadi perbincangan para nelayan. Ketika melacak jejak badak, Tim Sensus menemukan jejak tapak badak yang keemas-emasan.

Suatu jejak tapak di tanah yang membuat butir-butir tanah yang terinjak itu seperti serbuk emas.Tapak kaki Badak Kencana itu hanya satu, bukan empat, namun itu sudah cukup untuk menun-jukkan kehadirannya.

Bagi penduduk Tamanjaya, kampung nelayan dari mana perahu biasa berangkat menuju Pulau Peucang, kehadiran Badak Kencana sebagai dongeng telah melekat bagaikan kenyataan, sehingga jejak tapak badak keemas-emasan itu seperti bagian dari sebuah dunia yang telah mereka kenal.

Perbincangan tentang Badak Kencana itu sempat lama hilang, terutama ketika radio dan televisi memasuki desa. Hampir tiga puluh tahun lebih ingatan kepada Badak Kencana seperti terhapus dan menguap bersama udara. (E-1)

No comments:

Jelajah