EDUKASI Headline Animator

Tuesday, April 8, 2008

Seminar Nasional Gagal

Pak Satpam, memberikan penjelasan kepada dua orang calon peserta, terkait penggagalan seminar nasional pendidikan (23/3). Dari pantauan EDUKASI, ada sekitar 20 orang yang terlanjur datang di STAIN Jember. Mereka menyayangkan sikap panitia yang tidak memberi informasi terlebih dahulu, jika seminarnya digagalkan. Foto: Hilmi/Edukasi

Tumpukan Sampah

Tumpukan Sampah, di salah satu sudut gedung UKM STAIN Jember. Janji PK II untuk menempatkan satu orang cleaning cervice sampai sekarang belum terwujud. Tetapi anehnya, ada beberapa maha-siswa yang menjadikan gedung UKM sebagai tempat tinggal, lengkap dengan beberapa jemuran dan kasur lipat. Foto: Farhan/Edukasi

Nonton Bareng AAC

Nonton Bareng, film Ayat-ayat Cinta dalam rangkaian Pekan Ilmiah 2008 BEM STAIN Jember (18/3) menyedot banyak perhatian mahasiswa. Namun sayang, film yang diputar adalah film bajakan. Kejadian ini berarti menambah panjang daftar pembajak film yang disadur dari novel dengan judul yang sama, karangan Habiburrahman itu. Foto: Hilmi/Edukasi

TRUST

Orang bijak pernah berujar, ‘Mencari kepercayaan itu gampang, tetapi mempertahankannya itu yang sulit’.

Tentu saja ungkapan orang bijak tadi bukan omong kosong yang menguap begitu saja. Buktinya, banyak dari kita yang kecewa lantaran sudah menaruh kepercayaan kepada orang lain.

Di manapun itu. Mulai dari dunia politik, pemerintahan, keagamaan, dan bahkan di dunia pendidikan. Selanjutnya, mari kita mengurai satu persatu dari keempat dunia yang sering membuat kita ‘tertipu’.

Pertama, di dunia politik. Di dunia yang terkenal dengan senggol sana, senggol sini ini, banyak orang sempat terbuai dengan janji-janji manis para politikus. “Kelak, jika saya sudah jadi presiden, biaya pendidikan akan saya hapus,” koar seorang calon presiden. Hasilnya, 1-0 untuk calon tersebut. Rakyat tetap mangelurkan biaya pendidikan. Sementara si calon tadi duduk di kursi panas presiden.

Kedua, di dunia pemerintahan. Kepercayaan dari penduduk yang tertuang ketika pemilihan bupati, malah menghancurkan dirinya sendiri. Dengan dalih ‘Menata kota, membangun desa’, puluhan PKL menangis, menjerit histeris ketika tempatnya berdagang diratakan dengan tanah.

Ketiga, di dunia keagamaan. Masyarakat beragama Islam -contohnya, terkecooh dengan pemetaan dua aliran, Liberalis dan Fundamentalis. Kedua aliran ini dicitrakan berbeda satu sama lain, ibarat langit dan bumi. Ujung-ujungnya rakyat bingung siapa yang paling pas untuk mereka jadikan teladan.

Keempat, di dunia pendidikan. Untuk menguraikan pudarnya kepercayaan masyarakat di dunia ini cukup mudah. Pasalnya, terjadi di kampus kita sendiri (STAIN Jember, red). Minggu lalu, puluhan orang yang sudah dan ingin mendaftarkan diri untuk mengikuti seminar nasional di STAIN Jember kecewa. Ironisnya, diantara mereka ada yang sudah menempuh perjalanan sejauh 40 km, dari Gumukmas.

Singkatnya, mereka, para masyarakat, juga punya naluri untuk tidak ingin dikecewakan, sama seperti kita. Bagi para pelayan publik, mereka itu tuan, anda kacung. Jaga perasaan mereka dengan memulai membiasakan diri menjaga keeprcayaan. []

SURAT PEMBACA

Buletin Edukasi merupakan sesuatu yang penuh apresiatif bagi saya. Dengan menyajikan berita internasional membuka cakrawala pola fikir mahasiswa untuk selalu berfikir up to date. Tidak berkutat di wilayah lokal. Tapi pesan saya yang penting Tim Redaksi tetap konsen dan penuh semangat dalam berkarya. Jangan pernah bosan dengan sesuatu yang kalian kerjakan.

Cukup itu saja dari saya yang penting tetap semangat dan kerja keras. Selamat berkarya For All Students.

A. Munir, Mahasiswa Jurusan Tarbiah Prodi PAI,semester 8

Buletin Edukasi sangat kreatif dan mencerahkan. itulah kata-kata yang paling tepat untuk diapresiatifkan kepada Tim Redaksi Edukasi HMJ Tarbiyah. Saya sebagai mantan Pengurus Bidang VI (Jurnalistik) HMJ Tarbiah periode 2006-2007 kagum dan bangga sekali.

Oya, kalau bisa beritanya mayoritas mengenai pendidikan, ada kajian pendidikan (tidak hanya opini/artikel), juga bisa ditambah karikatur, cerpen dan puisi.

Pesan terakhirku: “Jangan pernah menyerah”.

Nurul Anam, mahasiswa Jurusan Tarbiah Prodi PAI semester 8.

Pendapat saya mengenai buletin edukasi, merupakan sesuatu yang penuh kreatifitas dan informative dengan memuat berita sekitar kampus.

Sehingga para mahasiswa dapat mengetahui informasi sekilas kampus. Masukan saya buat Buletin Edukasi, karyanya juga dapat mengambil dari para mahasiswa yang ingin mengembangkan karya-karyanya karena, saya melihat mahasiswa di STAIN banyak yang mempunyai kemampuan dalam bidang tulis menulis, serta dapat di tambah dengan tips, cerpen, humor dan karikatur yang bermutu, agar pembaca mendapat-kan sedikit hiburan.

Pesan saya kepada Tim Redaksi tetaplah semangat dan teruslah berkarya.

Lia, mahasiswa Jurusan Tarbiah Prodi KI semester 2.

MENINJAU KONDISI ANAK SEDUNIA

Intan Septiana, bersama ibunya di Rumah Sakit Anuta Pura, Sulawesi (20/3). Bocah yang baru saja genap berusia satu tahun ini mengalami malnutrisi sejak Januari lalu. Kini ia telah mendapatkan perawatan intensif. Intan tidak sendirian, tercatat 80 orang di Palu juga mengalami penderitaan serupa, yaitu gizi buruk. Foto:Bazri Marzuki/Gettyimages

Dunia anak-anak adalah dunia kegembiraan, kepolosan, dan kebahagiaan serta dipenuhi dengan harapan dan impian yang manis.

Namun, bila meninjau dari standar kehidupan internasional, saat ini sebagian besar anak-anak dunia merupakan makhluk yang terluka dan terzalimi.

Kehidupan masa kecil yang seharusnya penuh keindahan, mereka lalui dengan kepahitan. Di usia dini, mereka sudah harus menjalani kehidupan dengan cara pikir dan cara pandang orang dewasa.

Karena tidak mengenal cara untuk mempertahankan dirinya, anak-anak menjadi sasaran pertama dari kekejaman, perang, ketidakadilan, kemiskinan, penyakit, dan berbagai masalah lain yang melanda dunia. Bagaimanakah kondisi anak-anak sekarang, yang merupakan abad teknologi dan komputer? Apakah kemajuan teknologi yang dicapai umat manusia seiring dengan kemajuan dalam kehidupan anak-anak?

Bila kita lihat dengan seksama, meskipun berbagai konvensi dunia berkaitan hak anak-anak telah disusun, yang bertujuan untuk menyamakan hak anak-anak sedunia, tidak peduli apapun gender, agama, ras, bahasa, dan bangsanya, namun hak-hak mereka masih saja dilanggar.

Setiap tahun hari Anak Sedunia dirayakan, namun masih sangat banyak anak-anak yang tidak menerima hak asasi mereka sebagaimana yang tertera dalam dokumen hak anak-anak PBB.

Realitas menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil saja dari anak-anak dunia yang menikmati masa kecil dengan kebahagiaan. Kepahitan kemiskinan, ratapan perang, airmata anak yatim, kesakitan akibat tindak kekerasan, diskriminasi ras dan gender, serta buta huruf, semuanya adalah beban yang masih saja dipikul oleh sebagian besar anak-anak dunia.

Kita lihat anak-anak Palestina merasakan mesiu lebih banyak dari susu ibu mereka. Betapa banyak anak-anak yang harus bergabung dalam antrian yayasan-yayasan sosial untuk meminta makanan dan sedekah demi memenuhi perut lapar mereka. Anak-anak Irak kini banyak yang terserang kanker darah akibat senjata kimia yang digunakan dalam perang.

Sebagian dari mereka menjadi cacat akibat terkena ranjau darat sisa-sisa perang. Anak-anak Libanon banyak yang kehilangan ayah yang gugur dalam perang. Anak-anak Afghanistan kehilangan tempat tinggal yang hancur akibat serangan pasukan asing.

Kita harus bertanya, apakah dosa ribuan anak-anak yang terlibat dalam kancah perang itu? Apakah perbedaan antara anak-anak ini dengan anak-anak lain di negara maju sehingga mereka terpaksa menyaksikan kematian orang-orang yang mereka sayangi? Mereka hadir dan menjadi korban di medan perang, sementara para psikolog di negara-negara barat mengingatkan bahwa anak-anak mereka tidak boleh menonton siaran televisi yang memperlihatkan medan perang Irak akibat invasi AS.

Menurut psikolog Barat itu, dunia perang bukanlah dunia yang harus dipertontonkan kepada anak-anak. Mereka agaknya lupa pada nasib anak-anak yang hidup di tengah perang itu, yang bukan sekedar menonton di televisi.

Berlandaskan kepada laporan organisasi kesehatan sedunia WHO, setiap tahunnya 10 juta anak-anak di seluruh dunia meninggal dunia sebelum mencapai usia lima tahun dan lebih dari 150 juta orang menderita kurang bahan pangan.

Li Jong Wuk, sekjen WHO menyebutkan, “Tujuh juta anak-anak di bawah usia lima tahun meninggal dunia karena mengidap lima penyakit yang bisa dicegah dan diobati yaitu TBC, diare, malaria, batuk berdarah, dan kekurangan pangan.

Malaria merupakan pembunuh nomor satu di Afrika yang menyeret setiap harinya kira-kira tiga ribu orang anak di bawah usia lima tahun ke lubang kubur. Meskipun harga vaksinasi anti malaria kurang dari 20 euro, tapi banyak sekali rakyat dunia yang tidak mampu membelinya.

Menurut laporan WHO, virus Aids selain dari menjadi faktor utama yang menyebabkan anak-anak kehilangan orangtua, juga telah menyebabkan kematian 4,5 juta anak di dunia dan satu setengah juta anak lainnya tengah mengidap penyakit tersebut.

PENTINGNYA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI WANITA

EDUKASI – Kenapa remaja? Benar karena pada masa ini, manusia berada pada titik paling produktif. Tidak hanya produktif di sisi intelektualnya. Para remaja juga produktif di sisi reproduksi.

Oleh karena itu, menjaga kesehatan alat-alat reproduksi bagi remaja adalah tindakan yang sangat dianjurkan. Tetapi sayang, selama duduk di bangku sekolah, pendidikan tentang Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) sangat minim, bahkan tidak ada.

Akibatnya, ada kasus yang menyebutkan anak sekolahan terjangkit virus HIV. Wah, kalau sudah begini jadi gawat. Bisa-bisa nyawa menjadi taruhannya. Tentu saja penyakit yang berkaitan dengan kesehatan reprodukasi kita tidak hanya AIDS. Banyak sekali jenis Penyakit Menular Seksual (PMS) yang setiap sat bisa mengancam kita, para generasi muda. Penyebabnya pun juga beragam, bisa karena jamur, protozoa, virus, bakteri dan ektoparasit.

Seperti Trikomoniasis (Tricchomonas Vaginalis - Protozoa). Gejala penyakit ini keputihan encer, kuning kehijauan dan berbau busuk. Sedangkan vulva bengkak, gatal, berbusa, kemerahan yang membuat kita tidak nyaman.

Komplikasi yang mungkin dari penyakit ini adalah, kelahiran bayi prematur dan memudahkan penularan virus HIV. Tetapi kita tidak perlu cemas. Penyakit ini bisa dobati. Pengobatan yang bisa dilakukan adalah pengobatan pasangan ‘Fenomena Pimpong’.

Selain Trikomoniasis yang disebabkan oleh protozoa, jenis PMS yang membahayakan adalah Siphilis (Trponema Pallidium-spirocheta). Gejala yang muncul gara-gara penyakit ini adalah, luka pada kemaluan tanpa rasa nyeri, biasanya tunggal, bercak merah pada tubuh, kelainan jantung, pembuluh darah, kulit dan gangguan syaraf.

Pada stadium lanjut, penyakit tadi bisa mengakibatkan kemandulan atau infertilitas. Tindakan pencegahan yang bisa kita ambil antara lain, tidak menggunakan sabun pembersi, karena banyak mengandung zat kimia, dan yang lebih utama tidak melakukan seks menyimpang. (lia)

Kegigihan Seorang Profesor

Muhammad Yunus, menerima Nobel Perdamaian atas jasanya mengentaskan kemiskinan di Dhaka, Bangladesh. Tahun 1976 ia mendirikan Grameen Bank, sebuah bank untuk kaum papa yang memberikan pinjaman tanpa jaminan. Foto: Bjoern Sigurdsoen/AFP/Getty Images

EDUKASI – Linangan air mata turut mewarnai penyerahan Nobel Perdamaian kepada Muhammad Yunus 2 tahun silam di Oslo, Norwegia.


Dhaka - Nobel perdamaian yang ia terima, merupakan buah dari usahanya dalam mengentaskan kemiskinan. Sebagai lulusan yang baru kembali dari sebuah universitas terkemuka di Amerika, sang profesor tentu saja berpikir bagaimana menerapkan subsidi atau intensif untuk menggerakkan perekonomian mereka.

Perjalanan Yunus memperbaiki perekonomian warga. Dimulai ketika ia bertemu dengan sorang wanita berusia 21 tahun, sedang membuat sebuah kursi bambu. Si wanita asal Jobra itu, bersandar pada dinding yang terbuat dari tanah untuk menyelesaikannya.

Yunus penasaran, berapa keuntungan yang bakal diperoleh wanita itu untuk sebuah kursi. Ternyata mengejutkan, laba yang diperoleh hanya dua cent. Di Dhaka, uang sebesar itu tidak seberapa untuk hidup sekeluarga, bahkan untuk seorang diri sekali pun.

Kalau untuk makan saja tidak cukup, bagaimaana untuk membeli pakaian, rumah, atau membayar uang sekolah untuk tiga anak yang menjadi tanggungannya?

Dalam bukunya Bank for the Poor, Yunus baru sadar jika mereka sebenarnya tidak membutuhkan modal dalam jumlah yang besar.

“Betapa malunya saya terhadap diri sendiri. Mereka telah terperangkap pada kemiskinan. Padahal, yang mereka perlukan tidak seberapa, dan saya sendiri mampu membantunya,” ujar Yunus.

Ujung pangkal permasalahan kemis-kinan yang melilit penduduk Jobra, terletak pada ketidakmampuan mereka memenuhi jaminan untuk mendapatkan pinjaman.

“Karena mereka tak punya jaminan, akibatnya akses ke dunia perbankan pun tertutup. Jadi wajar jika mereka menjadi sasaran empuk para tengkulak dan rentenir,” jelas alumnus Universitas Chittagong ini.

Hasil hitungan yang dihimpun timnya, wanita tadi hanya membutuhkan 22 cent. Begitu pula dengan yang lain, jumlah modal yang mereka butuhkan tidak jauh beda.

Setelah di data ada 42 orang yangmembuhkan bantuan modal, dengan akumulasi modal sebesar 856 taka, atau kurang dari US$27.

“Saya tidak memerlukan pemerintah untuk membantu menyediakan modal usaha mereka,” tambahnya.

Akhirnya, tahun 1976 Yunus mendirikan sebuah bank yang memberikan kredit tanpa jaminan. Bank itu bernama Grameen Bank ‘Bank for the Poor’.

Tanpa dinyana, ternyata kaum miskin merespon begitu positif. Mereka percaya jika inilah jalan yang sudah lama mereka tunggu. Para kaum papa merasa terbebaskan. Padahal, dulu pasar ini adalah garapan kaum rentenir.

Sampai tahun 2004, bank ini telah menyalurkan pinjaman mikro sebesar US$4,5 miliar, dengan recovery rate sebesar 99%. Lebih dari 3 juta orang telah menjadi nasabah.

Stephen Covey, dalam bukunya yang berjudul ‘The 8th habit’, mencatat Gramenn Bank telah beroperasi di lebih dari 46.000 desa di Bangladesh, dan memperkerjakan sekitar 12.000 karyawan.

Memasuki tahun 2004, Yunus membidik pengemis menjadi nasabah Gramenn Bank. Menurut dia, pengemis itu hidup miskin, tetapi sebenarnya mereka mau bekerja, yaitu mengemis.

“Sekarang tinggal bagaimana kita merubanya,” harap Yunus optimis tentang nasib rbuan pengemis yang hidup di trotoar-trotoar jalan.

Tidak disangka, dalam tempo 4 bulan, sudah 8.000 pengemis menjadi nasabahnya. Karena itulah, target di bulan April yang semula “hanya” 10.00 nasabah. Dikoreksi menjadi 25.000 nasabah pengemis. (E-1/sumber)

40 Buku Raib

Selain meninggalkan kesan baik, karena telah mencetak mahasiswa-mahasiswa kreatif melalui beberapa perlombaan. Pekan Ilmiah 2008 (6-23/3) juga menyisakan kesan buruk.

Dari perhitungan jumlah buku terakhir, BEM kehilangan sekitar 40 buku. Buku titipan dari beberapa penerbit itu raib tanpa bekas. Panitia menengarai, penyebab dari semua itu adalah kelelalaian panitia.

Setiap hari, tidak semua panitia dapat mejaga buku. Pasalnya, mereka disi-bukkan dengan tugas PPL II. Ada yang menjadi guru, pegawai bank, dan wartawan, sesuai dengan jurusan masing-masing.

Sementara itu, BEM menilai dana sebesar Rp. 3.500.000 yang digelontorkan kampus untuk acara ini terlalu kecil. “Untuk mengantisipasi kecilnya anggaran, panitia berusaha mencari bantuan dengan pihak lain,” ujar Asnawan. (nik)

Nunggak Bulanan, Indovision Diblokir

Gara-gara telat membayar biaya bulanan. Layanan siaran Indovision di Digital Library STAIN Jember macet. Beberapa bulan terakhir mahasiswa tidak bisa mennyerap informasi dari channel-channel kelas dunia, seperti CNN, Reuters, dan ESPN.

“Mengenai kapan mahasiswa bisa menikmati lagi layanan Indonovision, itu menunggu pelunasan tunggakan biaya bulanannya,” ujar Muchlis, Kepala Perpustakaan STAIN Jember.

“Tetapi Digital Library tidak hanya Indovision saja. Masih ada beberapa layanan yang bisa dinikmati mahasiswa. Diantaranya, VCD-VCD keislaman dan IPTEK,” tambahnya. (hil)

Training Researh HMJ Tarbiyah


Khusna Amal, salah satu dari tim P3M yang menjadi pelatih dalam Training of Research HMJ Tarbiyah STAIN Jember (28/30), sedang berdiskusi dengan peserta pelatihan. Foto: Farhan/Edukasi




Gebrakan kedua anak-anak HMJ Tarbiyah STAIN Jember 2007-2008 kembali datang. Di bawah koordinasi Bidang LITBANG (Penelitian dan Pengembangan), HMJ menggelar Pelatihan Penelitian selama tiga hari berturut-turut (28-29/3).

Pelatihan yang dipusatkan di Gedung Pascasarjana STAIN Jember ini, cukup menyedot perhatian mahasiswa. Tercatat sebanyak 21 mahasiswa yang mengkuti pelatihan ini. Uniknya, tahun angkatan dari para peserta beragam. Ada yang dari semester II, IV dan VI.

“Dengan adanya peserta yang terdiri dari beberapa tingkatan angkatan ini, saya harap terjadi perukaran ilmu di antara mereka,” ujar Nukman Hakim, Sekretaris LITBANG HMJ Tarbiyah.

Sementara itu, panitia menunjuk tim dari P3M (Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) STAIN Jember untuk menjadi pelatih dalam kegiatan yang bertajuk ‘Mencetak Peneliti Handal sebagai Wujud Tri Dharma Perguruan Tinggi’. Tim ini terdiri dari, Khusna Amal, Saiful Anam dan Anis Inayati.

Dari tema yang diusung, pengurus HMJ Tarbiyah optimis setelah acara tersebut akan lahir peneliti-peneliti handal di STAIN Jember.

“Sebagai Follow Up pelatihan kali ini, kami akan bimbing untuk mengikuti Riset Kolektif Mahasiswa yang bakal segera diumumkan kapan pelaksanaanya,” tutur Farhan, Ketua LITBANG HMJ Tarbiyah STAIN Jember.

“Kemarin waktu pembukaan, pimpinan yang diwakili oleh PK III (Pembantu Ketua Bidang Kemahasiswaan) juga menyambut baik acara ini. Bu titik menyayangkan hasil penelitian mahasiswa yang tema-temanya hanya itu-itu saja. Tidak ada yang berani menggambil tema lain,” tambahnya.(***)

ANDREA HIRATA


Sukses dengan tetralogi Laskar Pelangi, Adrea Hirata kebanjiran rejeki. Royalti dari penjualan novel Laskar Pelanginya yang mencapai 400.000 eks, bakal ia gunakan untuk mendirikan sekolah gratis di tanah kelahirannya, Belitung.


Berita baik selanjutnya, beberapa waktu ke depan, kita tidak hanya bisa menikmati Laskar Pelangi versi cetak. Karena saat ini, Mira lesmana dengan timnya sedang melakukan riset di Belitung untuk persiapan menggarap Laskar Pelangi versi layar lebar.

Kita tunggu saja, apakah film Laskar Pelangi kelak dapat menyaingi kehebohan film Ayat-ayat Cinta yang sama-sama diangkat dari sebuah nivel.

Sejak awal, nama Andrea Hirata memang identik dengan tetralogi Laskar Pelangi yang laris manis itu. Bagi Andrea, mengerjakan novel Laskar Pelangi bukan perkara sulit. Apalagi cerita itu merupakan kisah Andrea pribadi.

Demikian juga dengan novel kedua dan tiga yang juga bagian dari tetralogi Laskar Pelangi, yakni Sang Pemimpi dan Endesor diselesaikan Andrea cukup dalam hitungan minggu. Namun untuk novel pamungkasnya, Andrea mengaku mengalami kesulitan.

Novel yang diberi judul Maryamah Karpov itu sudah berbulan-bulan belum selesai. Novel itu menjadi kisah akhir dari petualangan Andrea.

Kesulitan merampungkan novel terakhirnya itu disebabkan ia sulit mempelajari perempuan. ‘’Saya tahu satu hal tentang perempuan, yakni perempuan itu tidak seperti mereka tampaknya. Sigmund Freud juga begitu. Semakin banyak dia meneliti perempuan, semakin dia tidak tahu tentang perempuan,’’ ujar Andrea dalam acara bedah buku di Surabaya, beberapa waktu lalu.

Bujangan yang menyelesaikan S-2 bidang ekonomi di Prancis itu memiliki gambaran bahwa motivasi perempuan selalu seperti labirin. ‘’Karena itu, laki-laki selalu sok tahu saja mengenai perempuan,’’ kata Andrea sambil tertawa. (okezone.com)

Tarif Turun Hingga 40 Persen

Dua Pekerja, menyelesaiakan tugasnya di depan papan reklame sebuah produk kartu sim telepon seluler di Jakarta (10/3). Pemerintah menurunkan tarif telepon seluler sebesar 20-40 persen untuk semua operator. Foto:Bay Ismoyo/Gettyimages


JAKARTA: Mulai 1 April tarif telepon seluler akan turun 20 hingga 40 persen. Penurunan tarif tersebut berlaku untuk semua operator telepon seluler.

Kebijakan penurunan tarif telepon seluler ini disampaikan Menteri Komunikasi dan Informatika Muhammad Nuh, sebelum mengikuti rapat terbatas di kantor Presiden Kamis (28/2). “Penurunan tarif telepon seluler diberlakukan menyusul penurunan tarif interkoneksi antar operator telepon seluler.

Angka penurunan sekitar 20 hingga 40 persen dan bisa dinikmati konsumen terhitung 1 April mendatang,” ujarnya.

Menkominfo mengatakan, penurunan tarif tersebut sudah disepakati semua operator. “Sehingga semua operator nantinya akan memberlakukan ketentuan tersebut,” ujarnya.

Ditambahkan, pemberlakuan penurunan tarif telepon seluler tersebut menyusul diturunkannya tarif interkoneksi antar operator telepon selular yang selama ini dinilai cukup tinggi. “Akhirnya dibebankan kepada konsumen dengan menaikkan tarif,” ujarnya.

Kendati demikian, diakui Menkominfo, keputusan ini juga terkait usulan banyak pihak yang meminta agar para operator telepon seluler di Indonesia menurunkan tarif, yang selama ini dikenal paling mahal dikawasan Asia – Pacifik. (Indosiar.com/Lea)

AD/ART KOPMA Menyimpang

EDUKASI – Pembahasan masalah keanggotaan, menjadi perbincangan yang hangat antara KOPMA, Tim Evaluasi dan DINKOP Jember.


Di dalam AD/ART KOPMA dijelaskan, anggota KOPMA terdiri dari lima macam. Yaitu: Anggota Partisipan, Anggota Biasa, Anggota Istimewa, Anggota Kehormatan, dan Anggota Luar Biasa. (pasal 6)

Padahal, menurut Yahya, Penyuluh dari Dinas Koperasi (DINKOP), keanggotaan kperasi itu terdiri dari dua macam, Anggota Biasa dan Anggota Luar Biasa.

Lebih lanjut ia menjelaskan jika AD/ART itu harus mengacu pada undang-undang yang lebih tinggi. Dalam hal ini, undang-undang yang di pakai adalah UU Perkoperasian No. 25 Tahun 1992.

“Jika kita memakai AD/ART yang tidak sesuai, resikonya sangat besar. Tidak hanya pengurus yang merasakan resikonya, tetapi semua anggota pun juga kena imbasnya,” tambah Yahya.

Sementara itu, Nukman Hakim, salah satu anggota Tim Evaluasi, kaget ketika tahu jika seluruh anggota KOPMA STAIN Jember hanya 90 orang.

“Kemarin kan sudah jelas, uang yang dibayarkan mahasiswa baru itu adalah simpanan pokok. Jadi saya rasa, seluruh mahasiswa STAIN Jember itu sudah tercatat menjadi anggota,” tutur Nukman.

Senada dengan Nukman, bu Titiek Rohana, selaku PK III, juga menyampaiakan dengan tegas jika uang yang besarnya Rp 20 ribu itu adalah uang simpanan pokok.

Tetapi sayang, Hilmi, salah satu tim evaluasi yang ditunjuk Gerakan Peduli Mahasiswa (GPM) kecewa terhadap hasil yang digelar di Gedung Pascasarjana itu. “Saya kecewa dengan putusan ketua tim evaluasi yang menyerahkan kembali perombakan AD/ART ke pengurus KOPMA,” jelas Hilmi.

“Padahal dulu jelas, selama proses evaluasi, KOPMA dibekukan untuk sementara. Tetapi sekarang malahan mereka diberikan wewenang memperbaiki AD/ART,” tambahnya.

Jika begini terus, bola liar kasus KOPMA terus bergulir tanpa ada tujuan yang jelas. Padahal, bulan April nanti KOPMA menggelas Laporan Pertanggungjawaban (LPJ).

Andai saja sampai masa LPJ, KOPMA masih belum bisa menyerahkan draft AD/ART baru kepada tim evaluasi. Kasus ini bakal menguap, hilang tanpa bekas. Pasalnya, pengurus yang harus bertanggungjawab sudah tidak ada lagi. (hil)

Jelajah