“Aku bukan orang yang beragama. Tetapi aku orang yang bertuhan”
(Ki Joko Bodho)
Isu penegakan negara Islam terus bergulir. Mulai dari kalangan elit politik, mahasiswa, hingga rakyat jelata sekali pun ikut mengembor-gemborkan isu ini. Imbas dari itu, negara sempat limbung, kesatuan dan persatuan sedikit goyang.
Islam, ada yang menganggap sebagai nama salah satu agama yang diakui oleh negara. Ada pula yang menganggap Islam sebagai bentuk penyerahan diri. Penyerahan dari makhluk kepada Sang Pencipta.
Terkait masalah pengakuan negara atas sebuah agama, di Indonesia sendiri hanya ada enam. Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Budha dan Konghuchu. Sampai sekarang dasar pengakuan negara atas kelima agama tadi, belum jelas, masih samar.
Terlepas dari dua paradigma tadi, secara naluriah, manusia tunduk kepada Allah, selaku sang Pencipta. Naluri untuk tunduk lahir bebarengan pada saat manusia itu diciptakan.
Kondisi seperti ini, juga terjadi di jagad raya –bintang-bintang, planet dan samudra– tunduk kepada kehendak Allah dengan keteraturannya. (al-Qazwini, 1999:11)
Ilmu pengetahuan modern menyebut fenomena tadi sebagai The Law of Nature (hukum alam). Namun dari perspektif Islam, fenomena keteraturan alam ini bukan sekedar hukum alam belaka, tetapi sunnah Allah untuk alam.
Buntut dari munculnya dua cara pandang tadi terhadap Islam. Muncul sebuah pertanyaan yang cukup menggelitik. Apakah kita menunggu Islam itu dilembagakan dahulu, baru kita tunduk kepada Allah, Sang Pencipta?
Adapun Islam yang terkurung dalam suatu lembaga, bakal menyempitkan hakikat Islam itu sendiri. Islam hanya akan menjadi sebuah system kepercayaan dan system penyembahan kepada Tuhan. (Razak, 1993:61)
Imbas dari penyempitan tadi, orang-orang ramai bersolek, ndandani wajah Islam itu sendiri. Celakanya, akan muncul sebuah kompetisi antaragama. Agama siapa yang paling manis, itu yang masuk surga. Orang-orang menjadi mampu meng-klaim, siapa yang masuk surga dan siapa pula yang masuk neraka.
Dampak selanjutnya, orang-orang beragama “Islam” terjangkit virus Alsem (aliran sesat) Phobia. Para muslimin gampang bertindak ekstrim kepada mereka yang ‘kelihatannya’ menyimpang.
Padahal, di kanan-kiri rumah kita berdiri warung kopi remang-remang yang kerap dijadikan lahan prostitusi. Bahkan, pemimpin yang tertangkap basah makan uang rakyat, masih saja kita elu-elukan. Kenapa bukan itu yang membuat kita ngeri?
Memang, dari 1,2 milyar orang muslim, Indonesia menempati urutan teratas negara dengan jumlah orang muslim terbanyak. Semua orang mengamini, jika persyaratan dasarmenjadi seorang muslim ialah mengucapkan;
“Asyhadu an laa ilaaha illa Allah, wa asyhadu anna Muhammadan rasul Allah”, yang artinya, “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi Nabi Muhammad utusan Allah”. Siapa saja yang menyatakan pernyataan itu, berarti ia bergabung ke dalam barisan muslim.
Namun demikian, pernytaan itu hanyalah permulaan dari perjalanan fisik dan spiritual yang panjang, untuk mempraktikkan semua aspek Islam di dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun perjalanan ini panjang, ganjarannya demikian banyak bagi mereka yang memulainya dengan kemauannya dan niat yang ikhlas. (al-Qazwani, 1999:15)
Mempraktikkan Islam membutuhkan pembelajaran akan gagasan-gagasan Islam, ajaran dan praktik-praktiknya, baru kemudian membiasakan semua itu. Meskipun proses ini membutuhkan pengorbanan.
Namun demikian, perlunya pengorbanan tidak harus menjadi pencegah, karena Nabi Muhammad Saw. Telah bersabda bahwa, kapan pun seseorang menghentikan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik. Keikhlasan beriman, juga berkembang seiring dengan berjalannya waktu.
Amirul Mukminin Imam Ali telah menjelaskan proses dinamika dalam mengikuti Islam;
“Aku mendefinisikan Islam karena tidak seorang pun mendefinisikannya sebelum aku. Islam ialah penyerahan, penyerahan ialah keyakinan, keyakinan adalah penegasan, penegasan adalah pengakuan, pengakuan adalah pelaksanaan kewajiban, dan pelaksanaan kewajiabn ialah amal yang baik”
Taufiqurrahman Rifa'i* Ketua HMJ Tarbiyah STAIN Jember