EDUKASI Headline Animator

Wednesday, August 13, 2008

Geger Gambus As-Salam

Tiga minggu sebelum masa KKN PAR STAIN Jember 2008 berakhir, beberapa posko yang terdapat di Kecamatan Mayang terancam konflik. Masalahnya bersumber dari penarikan sumbangan dana untuk menggelar acara gambus As-Salam yang dilakukan oleh salah satu posko.

"Dana yang terkumpul nantinya digunakan untuk menyewa sound system dan panggung," papar Koko (bukan nama sebenarnya), Kordes salah satu Posko di Mayang. Kebijakan iuran bersama tingkat kecamatan ini, terpaksa Koko ambil lantaran pihak STAIN Jember hanya menanggung As-Salam. "Pihak kampus tidak mau tahu masalah panggung dan sound system," tambah Koko.

Setalah mendapat konfirmasi dari peserta lain, memang benar ada usulan iuran bersama. Tetapi sayang, kebijakan iuran bersama itu ditanggapi negatif oleh posko lain di Mayang. Mereka yang menolak beralasan, masyarakat posko masing-masing bakal sulit menikmati as-Salam. Pasalnya, tempat pagelaran begitu jauh.

Dari pihak STAIN Jember sendiri mengakui jika acara itu adalah sumbangan tiap kecamatan, bukan tiap posko. Jadi, hanya ada satu kali pagelaran dalam satu kecamatan.

sampai berita ini diturunkan, belum ada kejelasan mengenai keberlanjutan acara Gambus As-Salam di Mayang. (hill)

Pemberangkatan Peserta KKN PAR 2008

Lebih dari 300 mahasiswa semester VII dan IX mengikuti KKN PAR STAIN Jember 2008. Menurut Anam, ketua panitia KKN PAR STAIN Jember 2008, tahun ini mahasiswa peserta KKN akan disebar di 3 kecamatan. Ketiga kecamatan itu adalah, Mumbulsari, Mayang, dan Silo.

"Setelah dibagi menjadi tiga kecamatan, jumlah posko KKN melonjak dari tahun kemarin. Sekarang tercatat ada 20 posko," tambah Anam. Di Kecamatan Silo dan Mumbusari, masing-masing terdiri dari 7 posko. Sedangkan di Kecamatan di Mayang terdapat 6 posko.

Acara penyerahan peserta KKN dilakukan secara serentak di tiga kecamatan (15/7). Di Mumbulsari, penyerahan peserta KKN dipimpin oleh Sofyan Stauri, MM., di Mayang di pimpin oleh Dr. Hj. Titiek Rahana, dan di Silo dikomandani langsung oleh Ketua STAIN Jember, Dr. M. Khusnuridlo.

Sesuai jadwal yang telah disusun panitia, KKN PAR STAIN Jember 2008 berakhir pada tanggal 30 Agustus 2008. (hill)
Senin | 2 June 2008 | 00:00 WIB
Aksi Mahasiswa STAIN Jember Rusuh

Ibnu Irfan Syayaf (19), menjadi korban leparan batu ketika terjadi bentrokan antara Aliansi Mahasiswa STAIN Jember dengan keamanan kampus dan dosen, Senin (2/6). Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa STAIN Jember menuntutu M. Khusnuridlo, Ketua STAIN Jember, melaporkan pertanggungjawaban kinerjanya sebelum agenda penyampaian visi dan misi calon ketua STAIN Jember.


Senin | 2 June 2008 | 00:00 WIB
Saling Berhadapan


Puluhan demonstran dari Aliansi Mahasiswa STIAN Jember berusaha menggagalkan acara penyampaian visi dan misi calon Ketua STAIN Jember periode 2008-2012 di Aula STAIN Jember, Senin (2/6). Untuk menjaga ketertiban demonstrasi ini, Panitia Pemilihan Ketua STAIN Jember menginstruksikan seluruh petugas keamanan berjaga-jaga untuk antisipasi jika terjadi aksi anarkis dari mahasiswa.


Sabtu | 7 June 2008 | 00:00 WIB
Penuh Sesak


Pemukiman di Jl. Semanggi, Jember hapir tidak ada jarak antara rumah satu dengan rumah lain, Sabtu (7/6). Seperti lazimnya kota-kota besar, di Jember juga menglami fenomena urbanisasi besar-besaran. Urabanisasi di Jember terpusat di kawasan perkotaan.


Sabtu | 7 June 2008 | 00:00 WIB
Memanfaatkan Segala Peluang


Agung (23), pemuda asal Rambipuji, Jember, menjaga dagangannya di kawasan pasar loak Jompo, Sabtu (7/6). Di kiosnya, majalah, dan buku bekas ia jual rata-rata Rp 3.000. "Harga biasanya tergantung lama atau barunya buku yang saya jual," jelas Agung.

all foto from: Hilmi Setiawan

Tuesday, April 8, 2008

Seminar Nasional Gagal

Pak Satpam, memberikan penjelasan kepada dua orang calon peserta, terkait penggagalan seminar nasional pendidikan (23/3). Dari pantauan EDUKASI, ada sekitar 20 orang yang terlanjur datang di STAIN Jember. Mereka menyayangkan sikap panitia yang tidak memberi informasi terlebih dahulu, jika seminarnya digagalkan. Foto: Hilmi/Edukasi

Tumpukan Sampah

Tumpukan Sampah, di salah satu sudut gedung UKM STAIN Jember. Janji PK II untuk menempatkan satu orang cleaning cervice sampai sekarang belum terwujud. Tetapi anehnya, ada beberapa maha-siswa yang menjadikan gedung UKM sebagai tempat tinggal, lengkap dengan beberapa jemuran dan kasur lipat. Foto: Farhan/Edukasi

Nonton Bareng AAC

Nonton Bareng, film Ayat-ayat Cinta dalam rangkaian Pekan Ilmiah 2008 BEM STAIN Jember (18/3) menyedot banyak perhatian mahasiswa. Namun sayang, film yang diputar adalah film bajakan. Kejadian ini berarti menambah panjang daftar pembajak film yang disadur dari novel dengan judul yang sama, karangan Habiburrahman itu. Foto: Hilmi/Edukasi

TRUST

Orang bijak pernah berujar, ‘Mencari kepercayaan itu gampang, tetapi mempertahankannya itu yang sulit’.

Tentu saja ungkapan orang bijak tadi bukan omong kosong yang menguap begitu saja. Buktinya, banyak dari kita yang kecewa lantaran sudah menaruh kepercayaan kepada orang lain.

Di manapun itu. Mulai dari dunia politik, pemerintahan, keagamaan, dan bahkan di dunia pendidikan. Selanjutnya, mari kita mengurai satu persatu dari keempat dunia yang sering membuat kita ‘tertipu’.

Pertama, di dunia politik. Di dunia yang terkenal dengan senggol sana, senggol sini ini, banyak orang sempat terbuai dengan janji-janji manis para politikus. “Kelak, jika saya sudah jadi presiden, biaya pendidikan akan saya hapus,” koar seorang calon presiden. Hasilnya, 1-0 untuk calon tersebut. Rakyat tetap mangelurkan biaya pendidikan. Sementara si calon tadi duduk di kursi panas presiden.

Kedua, di dunia pemerintahan. Kepercayaan dari penduduk yang tertuang ketika pemilihan bupati, malah menghancurkan dirinya sendiri. Dengan dalih ‘Menata kota, membangun desa’, puluhan PKL menangis, menjerit histeris ketika tempatnya berdagang diratakan dengan tanah.

Ketiga, di dunia keagamaan. Masyarakat beragama Islam -contohnya, terkecooh dengan pemetaan dua aliran, Liberalis dan Fundamentalis. Kedua aliran ini dicitrakan berbeda satu sama lain, ibarat langit dan bumi. Ujung-ujungnya rakyat bingung siapa yang paling pas untuk mereka jadikan teladan.

Keempat, di dunia pendidikan. Untuk menguraikan pudarnya kepercayaan masyarakat di dunia ini cukup mudah. Pasalnya, terjadi di kampus kita sendiri (STAIN Jember, red). Minggu lalu, puluhan orang yang sudah dan ingin mendaftarkan diri untuk mengikuti seminar nasional di STAIN Jember kecewa. Ironisnya, diantara mereka ada yang sudah menempuh perjalanan sejauh 40 km, dari Gumukmas.

Singkatnya, mereka, para masyarakat, juga punya naluri untuk tidak ingin dikecewakan, sama seperti kita. Bagi para pelayan publik, mereka itu tuan, anda kacung. Jaga perasaan mereka dengan memulai membiasakan diri menjaga keeprcayaan. []

SURAT PEMBACA

Buletin Edukasi merupakan sesuatu yang penuh apresiatif bagi saya. Dengan menyajikan berita internasional membuka cakrawala pola fikir mahasiswa untuk selalu berfikir up to date. Tidak berkutat di wilayah lokal. Tapi pesan saya yang penting Tim Redaksi tetap konsen dan penuh semangat dalam berkarya. Jangan pernah bosan dengan sesuatu yang kalian kerjakan.

Cukup itu saja dari saya yang penting tetap semangat dan kerja keras. Selamat berkarya For All Students.

A. Munir, Mahasiswa Jurusan Tarbiah Prodi PAI,semester 8

Buletin Edukasi sangat kreatif dan mencerahkan. itulah kata-kata yang paling tepat untuk diapresiatifkan kepada Tim Redaksi Edukasi HMJ Tarbiyah. Saya sebagai mantan Pengurus Bidang VI (Jurnalistik) HMJ Tarbiah periode 2006-2007 kagum dan bangga sekali.

Oya, kalau bisa beritanya mayoritas mengenai pendidikan, ada kajian pendidikan (tidak hanya opini/artikel), juga bisa ditambah karikatur, cerpen dan puisi.

Pesan terakhirku: “Jangan pernah menyerah”.

Nurul Anam, mahasiswa Jurusan Tarbiah Prodi PAI semester 8.

Pendapat saya mengenai buletin edukasi, merupakan sesuatu yang penuh kreatifitas dan informative dengan memuat berita sekitar kampus.

Sehingga para mahasiswa dapat mengetahui informasi sekilas kampus. Masukan saya buat Buletin Edukasi, karyanya juga dapat mengambil dari para mahasiswa yang ingin mengembangkan karya-karyanya karena, saya melihat mahasiswa di STAIN banyak yang mempunyai kemampuan dalam bidang tulis menulis, serta dapat di tambah dengan tips, cerpen, humor dan karikatur yang bermutu, agar pembaca mendapat-kan sedikit hiburan.

Pesan saya kepada Tim Redaksi tetaplah semangat dan teruslah berkarya.

Lia, mahasiswa Jurusan Tarbiah Prodi KI semester 2.

MENINJAU KONDISI ANAK SEDUNIA

Intan Septiana, bersama ibunya di Rumah Sakit Anuta Pura, Sulawesi (20/3). Bocah yang baru saja genap berusia satu tahun ini mengalami malnutrisi sejak Januari lalu. Kini ia telah mendapatkan perawatan intensif. Intan tidak sendirian, tercatat 80 orang di Palu juga mengalami penderitaan serupa, yaitu gizi buruk. Foto:Bazri Marzuki/Gettyimages

Dunia anak-anak adalah dunia kegembiraan, kepolosan, dan kebahagiaan serta dipenuhi dengan harapan dan impian yang manis.

Namun, bila meninjau dari standar kehidupan internasional, saat ini sebagian besar anak-anak dunia merupakan makhluk yang terluka dan terzalimi.

Kehidupan masa kecil yang seharusnya penuh keindahan, mereka lalui dengan kepahitan. Di usia dini, mereka sudah harus menjalani kehidupan dengan cara pikir dan cara pandang orang dewasa.

Karena tidak mengenal cara untuk mempertahankan dirinya, anak-anak menjadi sasaran pertama dari kekejaman, perang, ketidakadilan, kemiskinan, penyakit, dan berbagai masalah lain yang melanda dunia. Bagaimanakah kondisi anak-anak sekarang, yang merupakan abad teknologi dan komputer? Apakah kemajuan teknologi yang dicapai umat manusia seiring dengan kemajuan dalam kehidupan anak-anak?

Bila kita lihat dengan seksama, meskipun berbagai konvensi dunia berkaitan hak anak-anak telah disusun, yang bertujuan untuk menyamakan hak anak-anak sedunia, tidak peduli apapun gender, agama, ras, bahasa, dan bangsanya, namun hak-hak mereka masih saja dilanggar.

Setiap tahun hari Anak Sedunia dirayakan, namun masih sangat banyak anak-anak yang tidak menerima hak asasi mereka sebagaimana yang tertera dalam dokumen hak anak-anak PBB.

Realitas menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil saja dari anak-anak dunia yang menikmati masa kecil dengan kebahagiaan. Kepahitan kemiskinan, ratapan perang, airmata anak yatim, kesakitan akibat tindak kekerasan, diskriminasi ras dan gender, serta buta huruf, semuanya adalah beban yang masih saja dipikul oleh sebagian besar anak-anak dunia.

Kita lihat anak-anak Palestina merasakan mesiu lebih banyak dari susu ibu mereka. Betapa banyak anak-anak yang harus bergabung dalam antrian yayasan-yayasan sosial untuk meminta makanan dan sedekah demi memenuhi perut lapar mereka. Anak-anak Irak kini banyak yang terserang kanker darah akibat senjata kimia yang digunakan dalam perang.

Sebagian dari mereka menjadi cacat akibat terkena ranjau darat sisa-sisa perang. Anak-anak Libanon banyak yang kehilangan ayah yang gugur dalam perang. Anak-anak Afghanistan kehilangan tempat tinggal yang hancur akibat serangan pasukan asing.

Kita harus bertanya, apakah dosa ribuan anak-anak yang terlibat dalam kancah perang itu? Apakah perbedaan antara anak-anak ini dengan anak-anak lain di negara maju sehingga mereka terpaksa menyaksikan kematian orang-orang yang mereka sayangi? Mereka hadir dan menjadi korban di medan perang, sementara para psikolog di negara-negara barat mengingatkan bahwa anak-anak mereka tidak boleh menonton siaran televisi yang memperlihatkan medan perang Irak akibat invasi AS.

Menurut psikolog Barat itu, dunia perang bukanlah dunia yang harus dipertontonkan kepada anak-anak. Mereka agaknya lupa pada nasib anak-anak yang hidup di tengah perang itu, yang bukan sekedar menonton di televisi.

Berlandaskan kepada laporan organisasi kesehatan sedunia WHO, setiap tahunnya 10 juta anak-anak di seluruh dunia meninggal dunia sebelum mencapai usia lima tahun dan lebih dari 150 juta orang menderita kurang bahan pangan.

Li Jong Wuk, sekjen WHO menyebutkan, “Tujuh juta anak-anak di bawah usia lima tahun meninggal dunia karena mengidap lima penyakit yang bisa dicegah dan diobati yaitu TBC, diare, malaria, batuk berdarah, dan kekurangan pangan.

Malaria merupakan pembunuh nomor satu di Afrika yang menyeret setiap harinya kira-kira tiga ribu orang anak di bawah usia lima tahun ke lubang kubur. Meskipun harga vaksinasi anti malaria kurang dari 20 euro, tapi banyak sekali rakyat dunia yang tidak mampu membelinya.

Menurut laporan WHO, virus Aids selain dari menjadi faktor utama yang menyebabkan anak-anak kehilangan orangtua, juga telah menyebabkan kematian 4,5 juta anak di dunia dan satu setengah juta anak lainnya tengah mengidap penyakit tersebut.

PENTINGNYA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI WANITA

EDUKASI – Kenapa remaja? Benar karena pada masa ini, manusia berada pada titik paling produktif. Tidak hanya produktif di sisi intelektualnya. Para remaja juga produktif di sisi reproduksi.

Oleh karena itu, menjaga kesehatan alat-alat reproduksi bagi remaja adalah tindakan yang sangat dianjurkan. Tetapi sayang, selama duduk di bangku sekolah, pendidikan tentang Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) sangat minim, bahkan tidak ada.

Akibatnya, ada kasus yang menyebutkan anak sekolahan terjangkit virus HIV. Wah, kalau sudah begini jadi gawat. Bisa-bisa nyawa menjadi taruhannya. Tentu saja penyakit yang berkaitan dengan kesehatan reprodukasi kita tidak hanya AIDS. Banyak sekali jenis Penyakit Menular Seksual (PMS) yang setiap sat bisa mengancam kita, para generasi muda. Penyebabnya pun juga beragam, bisa karena jamur, protozoa, virus, bakteri dan ektoparasit.

Seperti Trikomoniasis (Tricchomonas Vaginalis - Protozoa). Gejala penyakit ini keputihan encer, kuning kehijauan dan berbau busuk. Sedangkan vulva bengkak, gatal, berbusa, kemerahan yang membuat kita tidak nyaman.

Komplikasi yang mungkin dari penyakit ini adalah, kelahiran bayi prematur dan memudahkan penularan virus HIV. Tetapi kita tidak perlu cemas. Penyakit ini bisa dobati. Pengobatan yang bisa dilakukan adalah pengobatan pasangan ‘Fenomena Pimpong’.

Selain Trikomoniasis yang disebabkan oleh protozoa, jenis PMS yang membahayakan adalah Siphilis (Trponema Pallidium-spirocheta). Gejala yang muncul gara-gara penyakit ini adalah, luka pada kemaluan tanpa rasa nyeri, biasanya tunggal, bercak merah pada tubuh, kelainan jantung, pembuluh darah, kulit dan gangguan syaraf.

Pada stadium lanjut, penyakit tadi bisa mengakibatkan kemandulan atau infertilitas. Tindakan pencegahan yang bisa kita ambil antara lain, tidak menggunakan sabun pembersi, karena banyak mengandung zat kimia, dan yang lebih utama tidak melakukan seks menyimpang. (lia)

Kegigihan Seorang Profesor

Muhammad Yunus, menerima Nobel Perdamaian atas jasanya mengentaskan kemiskinan di Dhaka, Bangladesh. Tahun 1976 ia mendirikan Grameen Bank, sebuah bank untuk kaum papa yang memberikan pinjaman tanpa jaminan. Foto: Bjoern Sigurdsoen/AFP/Getty Images

EDUKASI – Linangan air mata turut mewarnai penyerahan Nobel Perdamaian kepada Muhammad Yunus 2 tahun silam di Oslo, Norwegia.


Dhaka - Nobel perdamaian yang ia terima, merupakan buah dari usahanya dalam mengentaskan kemiskinan. Sebagai lulusan yang baru kembali dari sebuah universitas terkemuka di Amerika, sang profesor tentu saja berpikir bagaimana menerapkan subsidi atau intensif untuk menggerakkan perekonomian mereka.

Perjalanan Yunus memperbaiki perekonomian warga. Dimulai ketika ia bertemu dengan sorang wanita berusia 21 tahun, sedang membuat sebuah kursi bambu. Si wanita asal Jobra itu, bersandar pada dinding yang terbuat dari tanah untuk menyelesaikannya.

Yunus penasaran, berapa keuntungan yang bakal diperoleh wanita itu untuk sebuah kursi. Ternyata mengejutkan, laba yang diperoleh hanya dua cent. Di Dhaka, uang sebesar itu tidak seberapa untuk hidup sekeluarga, bahkan untuk seorang diri sekali pun.

Kalau untuk makan saja tidak cukup, bagaimaana untuk membeli pakaian, rumah, atau membayar uang sekolah untuk tiga anak yang menjadi tanggungannya?

Dalam bukunya Bank for the Poor, Yunus baru sadar jika mereka sebenarnya tidak membutuhkan modal dalam jumlah yang besar.

“Betapa malunya saya terhadap diri sendiri. Mereka telah terperangkap pada kemiskinan. Padahal, yang mereka perlukan tidak seberapa, dan saya sendiri mampu membantunya,” ujar Yunus.

Ujung pangkal permasalahan kemis-kinan yang melilit penduduk Jobra, terletak pada ketidakmampuan mereka memenuhi jaminan untuk mendapatkan pinjaman.

“Karena mereka tak punya jaminan, akibatnya akses ke dunia perbankan pun tertutup. Jadi wajar jika mereka menjadi sasaran empuk para tengkulak dan rentenir,” jelas alumnus Universitas Chittagong ini.

Hasil hitungan yang dihimpun timnya, wanita tadi hanya membutuhkan 22 cent. Begitu pula dengan yang lain, jumlah modal yang mereka butuhkan tidak jauh beda.

Setelah di data ada 42 orang yangmembuhkan bantuan modal, dengan akumulasi modal sebesar 856 taka, atau kurang dari US$27.

“Saya tidak memerlukan pemerintah untuk membantu menyediakan modal usaha mereka,” tambahnya.

Akhirnya, tahun 1976 Yunus mendirikan sebuah bank yang memberikan kredit tanpa jaminan. Bank itu bernama Grameen Bank ‘Bank for the Poor’.

Tanpa dinyana, ternyata kaum miskin merespon begitu positif. Mereka percaya jika inilah jalan yang sudah lama mereka tunggu. Para kaum papa merasa terbebaskan. Padahal, dulu pasar ini adalah garapan kaum rentenir.

Sampai tahun 2004, bank ini telah menyalurkan pinjaman mikro sebesar US$4,5 miliar, dengan recovery rate sebesar 99%. Lebih dari 3 juta orang telah menjadi nasabah.

Stephen Covey, dalam bukunya yang berjudul ‘The 8th habit’, mencatat Gramenn Bank telah beroperasi di lebih dari 46.000 desa di Bangladesh, dan memperkerjakan sekitar 12.000 karyawan.

Memasuki tahun 2004, Yunus membidik pengemis menjadi nasabah Gramenn Bank. Menurut dia, pengemis itu hidup miskin, tetapi sebenarnya mereka mau bekerja, yaitu mengemis.

“Sekarang tinggal bagaimana kita merubanya,” harap Yunus optimis tentang nasib rbuan pengemis yang hidup di trotoar-trotoar jalan.

Tidak disangka, dalam tempo 4 bulan, sudah 8.000 pengemis menjadi nasabahnya. Karena itulah, target di bulan April yang semula “hanya” 10.00 nasabah. Dikoreksi menjadi 25.000 nasabah pengemis. (E-1/sumber)

40 Buku Raib

Selain meninggalkan kesan baik, karena telah mencetak mahasiswa-mahasiswa kreatif melalui beberapa perlombaan. Pekan Ilmiah 2008 (6-23/3) juga menyisakan kesan buruk.

Dari perhitungan jumlah buku terakhir, BEM kehilangan sekitar 40 buku. Buku titipan dari beberapa penerbit itu raib tanpa bekas. Panitia menengarai, penyebab dari semua itu adalah kelelalaian panitia.

Setiap hari, tidak semua panitia dapat mejaga buku. Pasalnya, mereka disi-bukkan dengan tugas PPL II. Ada yang menjadi guru, pegawai bank, dan wartawan, sesuai dengan jurusan masing-masing.

Sementara itu, BEM menilai dana sebesar Rp. 3.500.000 yang digelontorkan kampus untuk acara ini terlalu kecil. “Untuk mengantisipasi kecilnya anggaran, panitia berusaha mencari bantuan dengan pihak lain,” ujar Asnawan. (nik)

Nunggak Bulanan, Indovision Diblokir

Gara-gara telat membayar biaya bulanan. Layanan siaran Indovision di Digital Library STAIN Jember macet. Beberapa bulan terakhir mahasiswa tidak bisa mennyerap informasi dari channel-channel kelas dunia, seperti CNN, Reuters, dan ESPN.

“Mengenai kapan mahasiswa bisa menikmati lagi layanan Indonovision, itu menunggu pelunasan tunggakan biaya bulanannya,” ujar Muchlis, Kepala Perpustakaan STAIN Jember.

“Tetapi Digital Library tidak hanya Indovision saja. Masih ada beberapa layanan yang bisa dinikmati mahasiswa. Diantaranya, VCD-VCD keislaman dan IPTEK,” tambahnya. (hil)

Training Researh HMJ Tarbiyah


Khusna Amal, salah satu dari tim P3M yang menjadi pelatih dalam Training of Research HMJ Tarbiyah STAIN Jember (28/30), sedang berdiskusi dengan peserta pelatihan. Foto: Farhan/Edukasi




Gebrakan kedua anak-anak HMJ Tarbiyah STAIN Jember 2007-2008 kembali datang. Di bawah koordinasi Bidang LITBANG (Penelitian dan Pengembangan), HMJ menggelar Pelatihan Penelitian selama tiga hari berturut-turut (28-29/3).

Pelatihan yang dipusatkan di Gedung Pascasarjana STAIN Jember ini, cukup menyedot perhatian mahasiswa. Tercatat sebanyak 21 mahasiswa yang mengkuti pelatihan ini. Uniknya, tahun angkatan dari para peserta beragam. Ada yang dari semester II, IV dan VI.

“Dengan adanya peserta yang terdiri dari beberapa tingkatan angkatan ini, saya harap terjadi perukaran ilmu di antara mereka,” ujar Nukman Hakim, Sekretaris LITBANG HMJ Tarbiyah.

Sementara itu, panitia menunjuk tim dari P3M (Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) STAIN Jember untuk menjadi pelatih dalam kegiatan yang bertajuk ‘Mencetak Peneliti Handal sebagai Wujud Tri Dharma Perguruan Tinggi’. Tim ini terdiri dari, Khusna Amal, Saiful Anam dan Anis Inayati.

Dari tema yang diusung, pengurus HMJ Tarbiyah optimis setelah acara tersebut akan lahir peneliti-peneliti handal di STAIN Jember.

“Sebagai Follow Up pelatihan kali ini, kami akan bimbing untuk mengikuti Riset Kolektif Mahasiswa yang bakal segera diumumkan kapan pelaksanaanya,” tutur Farhan, Ketua LITBANG HMJ Tarbiyah STAIN Jember.

“Kemarin waktu pembukaan, pimpinan yang diwakili oleh PK III (Pembantu Ketua Bidang Kemahasiswaan) juga menyambut baik acara ini. Bu titik menyayangkan hasil penelitian mahasiswa yang tema-temanya hanya itu-itu saja. Tidak ada yang berani menggambil tema lain,” tambahnya.(***)

ANDREA HIRATA


Sukses dengan tetralogi Laskar Pelangi, Adrea Hirata kebanjiran rejeki. Royalti dari penjualan novel Laskar Pelanginya yang mencapai 400.000 eks, bakal ia gunakan untuk mendirikan sekolah gratis di tanah kelahirannya, Belitung.


Berita baik selanjutnya, beberapa waktu ke depan, kita tidak hanya bisa menikmati Laskar Pelangi versi cetak. Karena saat ini, Mira lesmana dengan timnya sedang melakukan riset di Belitung untuk persiapan menggarap Laskar Pelangi versi layar lebar.

Kita tunggu saja, apakah film Laskar Pelangi kelak dapat menyaingi kehebohan film Ayat-ayat Cinta yang sama-sama diangkat dari sebuah nivel.

Sejak awal, nama Andrea Hirata memang identik dengan tetralogi Laskar Pelangi yang laris manis itu. Bagi Andrea, mengerjakan novel Laskar Pelangi bukan perkara sulit. Apalagi cerita itu merupakan kisah Andrea pribadi.

Demikian juga dengan novel kedua dan tiga yang juga bagian dari tetralogi Laskar Pelangi, yakni Sang Pemimpi dan Endesor diselesaikan Andrea cukup dalam hitungan minggu. Namun untuk novel pamungkasnya, Andrea mengaku mengalami kesulitan.

Novel yang diberi judul Maryamah Karpov itu sudah berbulan-bulan belum selesai. Novel itu menjadi kisah akhir dari petualangan Andrea.

Kesulitan merampungkan novel terakhirnya itu disebabkan ia sulit mempelajari perempuan. ‘’Saya tahu satu hal tentang perempuan, yakni perempuan itu tidak seperti mereka tampaknya. Sigmund Freud juga begitu. Semakin banyak dia meneliti perempuan, semakin dia tidak tahu tentang perempuan,’’ ujar Andrea dalam acara bedah buku di Surabaya, beberapa waktu lalu.

Bujangan yang menyelesaikan S-2 bidang ekonomi di Prancis itu memiliki gambaran bahwa motivasi perempuan selalu seperti labirin. ‘’Karena itu, laki-laki selalu sok tahu saja mengenai perempuan,’’ kata Andrea sambil tertawa. (okezone.com)

Tarif Turun Hingga 40 Persen

Dua Pekerja, menyelesaiakan tugasnya di depan papan reklame sebuah produk kartu sim telepon seluler di Jakarta (10/3). Pemerintah menurunkan tarif telepon seluler sebesar 20-40 persen untuk semua operator. Foto:Bay Ismoyo/Gettyimages


JAKARTA: Mulai 1 April tarif telepon seluler akan turun 20 hingga 40 persen. Penurunan tarif tersebut berlaku untuk semua operator telepon seluler.

Kebijakan penurunan tarif telepon seluler ini disampaikan Menteri Komunikasi dan Informatika Muhammad Nuh, sebelum mengikuti rapat terbatas di kantor Presiden Kamis (28/2). “Penurunan tarif telepon seluler diberlakukan menyusul penurunan tarif interkoneksi antar operator telepon seluler.

Angka penurunan sekitar 20 hingga 40 persen dan bisa dinikmati konsumen terhitung 1 April mendatang,” ujarnya.

Menkominfo mengatakan, penurunan tarif tersebut sudah disepakati semua operator. “Sehingga semua operator nantinya akan memberlakukan ketentuan tersebut,” ujarnya.

Ditambahkan, pemberlakuan penurunan tarif telepon seluler tersebut menyusul diturunkannya tarif interkoneksi antar operator telepon selular yang selama ini dinilai cukup tinggi. “Akhirnya dibebankan kepada konsumen dengan menaikkan tarif,” ujarnya.

Kendati demikian, diakui Menkominfo, keputusan ini juga terkait usulan banyak pihak yang meminta agar para operator telepon seluler di Indonesia menurunkan tarif, yang selama ini dikenal paling mahal dikawasan Asia – Pacifik. (Indosiar.com/Lea)

AD/ART KOPMA Menyimpang

EDUKASI – Pembahasan masalah keanggotaan, menjadi perbincangan yang hangat antara KOPMA, Tim Evaluasi dan DINKOP Jember.


Di dalam AD/ART KOPMA dijelaskan, anggota KOPMA terdiri dari lima macam. Yaitu: Anggota Partisipan, Anggota Biasa, Anggota Istimewa, Anggota Kehormatan, dan Anggota Luar Biasa. (pasal 6)

Padahal, menurut Yahya, Penyuluh dari Dinas Koperasi (DINKOP), keanggotaan kperasi itu terdiri dari dua macam, Anggota Biasa dan Anggota Luar Biasa.

Lebih lanjut ia menjelaskan jika AD/ART itu harus mengacu pada undang-undang yang lebih tinggi. Dalam hal ini, undang-undang yang di pakai adalah UU Perkoperasian No. 25 Tahun 1992.

“Jika kita memakai AD/ART yang tidak sesuai, resikonya sangat besar. Tidak hanya pengurus yang merasakan resikonya, tetapi semua anggota pun juga kena imbasnya,” tambah Yahya.

Sementara itu, Nukman Hakim, salah satu anggota Tim Evaluasi, kaget ketika tahu jika seluruh anggota KOPMA STAIN Jember hanya 90 orang.

“Kemarin kan sudah jelas, uang yang dibayarkan mahasiswa baru itu adalah simpanan pokok. Jadi saya rasa, seluruh mahasiswa STAIN Jember itu sudah tercatat menjadi anggota,” tutur Nukman.

Senada dengan Nukman, bu Titiek Rohana, selaku PK III, juga menyampaiakan dengan tegas jika uang yang besarnya Rp 20 ribu itu adalah uang simpanan pokok.

Tetapi sayang, Hilmi, salah satu tim evaluasi yang ditunjuk Gerakan Peduli Mahasiswa (GPM) kecewa terhadap hasil yang digelar di Gedung Pascasarjana itu. “Saya kecewa dengan putusan ketua tim evaluasi yang menyerahkan kembali perombakan AD/ART ke pengurus KOPMA,” jelas Hilmi.

“Padahal dulu jelas, selama proses evaluasi, KOPMA dibekukan untuk sementara. Tetapi sekarang malahan mereka diberikan wewenang memperbaiki AD/ART,” tambahnya.

Jika begini terus, bola liar kasus KOPMA terus bergulir tanpa ada tujuan yang jelas. Padahal, bulan April nanti KOPMA menggelas Laporan Pertanggungjawaban (LPJ).

Andai saja sampai masa LPJ, KOPMA masih belum bisa menyerahkan draft AD/ART baru kepada tim evaluasi. Kasus ini bakal menguap, hilang tanpa bekas. Pasalnya, pengurus yang harus bertanggungjawab sudah tidak ada lagi. (hil)

Sunday, March 23, 2008

KEBOBROKAN SISTEM KEAMANAN STAIN

Dalam satu semester belakangan, telah terjadi dua kali kasus pencurian. Pertama, di kantor BLM dan kedua di kantor HMJ Tarbiyah.

Kejadian ini, jelas memberikan citra yang buruk terhadap sistem keamanan yang berlaku di Kampus STAIN Jember. Seakan percuma memiliki tenaga keamanan jika tindak kriminal terus berlangsung.

Di tingkatan pengambil kebijakan, sama sekali tidak nampak komitmen untuk menjaga kemanan di lingkungannya. Pencurian demi pencurian berlalu begitu saja.

Salah satu bukti kelonggaran sistem keamanan kampus, adalah tidak ada ketegasan dari pimpinan untuk mene-rapkan jam malam.

Saat ini, mahasiswa dapat beraktifitas di kampus hingga larut malam. Celakanya lagi, ada sekelompok mahasiswa yang menjadikan kampus sebagai tempat hunian.

Padahal, dari surat edaran yang dikeluarkan dari pusat, tertulis dengan jelas aturan yang melarang mahasiswa bermalam di kampus. Sayangya, ketetapan tadi hanya lewat begitu saja.

Tanpa bermaksud mencari kambing hitam, alangkah lebih aman lagi jika kampus streril dari aktivitas mahasiswa di jam-jam tertentu. Malam misalnya.

Jadi teringat dengan ungkapan Bang Napi, “Kejahatan tidak terjadi hanya karena ada niat, tetapi juga karena ada kesempatan”.

Sudah saatnya, kita meminimalisir kesempatan-kesempatan yang bisa dimanfaatkan orang yang tidak bertang-gungjawab, untuk melakukan kejahatan.

Jangan sampai si pencuri dengan leluasa hilir mudik di kampus ini. Jika perlu pintu gerbang ditutup setiap malam.

Sayang jika citra kampus sebagai tempat yang aman dan nyaman, tercoreng. Semuanya yang ada di dalam kampus adalah milik bersama. Untuk itu, perlu dijaga bersama-sama.

Kampus adalah lembaga pendidikan yang tugasnya mencetak generasi terdidik. Bukan mencetak sarjana-sarjana ringan tangan yang mudah mengambil barang orang lain.

Meminjam slogannya dokter, ‘pencegahan lebih baik dari pengobatan’pihak kampus diharapkan dapat memutus mata rantai pencurian.

Bang Napi mengingatkan, Waspa-dalah, waspadalah! []

TARIK ULUR NEGARA ISLAM

“Aku bukan orang yang beragama. Tetapi aku orang yang bertuhan”

(Ki Joko Bodho)

Isu penegakan negara Islam terus bergulir. Mulai dari kalangan elit politik, mahasiswa, hingga rakyat jelata sekali pun ikut mengembor-gemborkan isu ini. Imbas dari itu, negara sempat limbung, kesatuan dan persatuan sedikit goyang.

Islam, ada yang menganggap sebagai nama salah satu agama yang diakui oleh negara. Ada pula yang menganggap Islam sebagai bentuk penyerahan diri. Penyerahan dari makhluk kepada Sang Pencipta.

Terkait masalah pengakuan negara atas sebuah agama, di Indonesia sendiri hanya ada enam. Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Budha dan Konghuchu. Sampai sekarang dasar pengakuan negara atas kelima agama tadi, belum jelas, masih samar.

Terlepas dari dua paradigma tadi, secara naluriah, manusia tunduk kepada Allah, selaku sang Pencipta. Naluri untuk tunduk lahir bebarengan pada saat manusia itu diciptakan.

Kondisi seperti ini, juga terjadi di jagad raya –bintang-bintang, planet dan samudra– tunduk kepada kehendak Allah dengan keteraturannya. (al-Qazwini, 1999:11)

Ilmu pengetahuan modern menyebut fenomena tadi sebagai The Law of Nature (hukum alam). Namun dari perspektif Islam, fenomena keteraturan alam ini bukan sekedar hukum alam belaka, tetapi sunnah Allah untuk alam.

Buntut dari munculnya dua cara pandang tadi terhadap Islam. Muncul sebuah pertanyaan yang cukup menggelitik. Apakah kita menunggu Islam itu dilembagakan dahulu, baru kita tunduk kepada Allah, Sang Pencipta?

Adapun Islam yang terkurung dalam suatu lembaga, bakal menyempitkan hakikat Islam itu sendiri. Islam hanya akan menjadi sebuah system kepercayaan dan system penyembahan kepada Tuhan. (Razak, 1993:61)

Imbas dari penyempitan tadi, orang-orang ramai bersolek, ndandani wajah Islam itu sendiri. Celakanya, akan muncul sebuah kompetisi antaragama. Agama siapa yang paling manis, itu yang masuk surga. Orang-orang menjadi mampu meng-klaim, siapa yang masuk surga dan siapa pula yang masuk neraka.

Dampak selanjutnya, orang-orang beragama “Islam” terjangkit virus Alsem (aliran sesat) Phobia. Para muslimin gampang bertindak ekstrim kepada mereka yang ‘kelihatannya’ menyimpang.

Padahal, di kanan-kiri rumah kita berdiri warung kopi remang-remang yang kerap dijadikan lahan prostitusi. Bahkan, pemimpin yang tertangkap basah makan uang rakyat, masih saja kita elu-elukan. Kenapa bukan itu yang membuat kita ngeri?

Memang, dari 1,2 milyar orang muslim, Indonesia menempati urutan teratas negara dengan jumlah orang muslim terbanyak. Semua orang mengamini, jika persyaratan dasarmenjadi seorang muslim ialah mengucapkan;

“Asyhadu an laa ilaaha illa Allah, wa asyhadu anna Muhammadan rasul Allah”, yang artinya, “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi Nabi Muhammad utusan Allah”. Siapa saja yang menyatakan pernyataan itu, berarti ia bergabung ke dalam barisan muslim.

Namun demikian, pernytaan itu hanyalah permulaan dari perjalanan fisik dan spiritual yang panjang, untuk mempraktikkan semua aspek Islam di dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun perjalanan ini panjang, ganjarannya demikian banyak bagi mereka yang memulainya dengan kemauannya dan niat yang ikhlas. (al-Qazwani, 1999:15)

Mempraktikkan Islam membutuhkan pembelajaran akan gagasan-gagasan Islam, ajaran dan praktik-praktiknya, baru kemudian membiasakan semua itu. Meskipun proses ini membutuhkan pengorbanan.

Namun demikian, perlunya pengorbanan tidak harus menjadi pencegah, karena Nabi Muhammad Saw. Telah bersabda bahwa, kapan pun seseorang menghentikan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik. Keikhlasan beriman, juga berkembang seiring dengan berjalannya waktu.

Amirul Mukminin Imam Ali telah menjelaskan proses dinamika dalam mengikuti Islam;

“Aku mendefinisikan Islam karena tidak seorang pun mendefinisikannya sebelum aku. Islam ialah penyerahan, penyerahan ialah keyakinan, keyakinan adalah penegasan, penegasan adalah pengakuan, pengakuan adalah pelaksanaan kewajiban, dan pelaksanaan kewajiabn ialah amal yang baik”

Taufiqurrahman Rifa'i
* Ketua HMJ Tarbiyah STAIN Jember

HMJ Tarbiyah Kebobolan

Kantor HMJ Tarbiyah yang terletak di Gedung UKM Lt.2 beberapa waktu lalu disatroni maling.

TV, mouse, keyboard, printer, jam dinding, dan beberapa kabel listrik, raib tak berbekas. Teganya lagi, sang pencuri juga menggasak karpet berukuran 3x3 yang sudah kumal.

Dugaan sementara, pencuri masuk melalui lubang angin, yang tepat berada di atas pintu masuk.

“Terdapat beberapa goresan bekas congkelan. Saya yakin pencuri masuk melalui angin-angin,” tegas Taufik, Ketua HMJ Tarbiyah STAIN Jember. (E-1)

Dialog Ekonomi Nasional

HMJ Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Jember, mengadakan dialog ekonomi nasional bertajuk “Grand Desain Manajemen Pembangunan Ekonomi Nasional”, Selasa (4/3).

Acara yang dipusatkan di Gedung Serbaguna Hotel Bandung Permai ini, menghadirkan tokoh-tokoh nasional. Salah satunya KH. Solahuddin Wahid, adik dari Gus Dur

Tujuan utama dari acara ini adalah munculnya wawasan bagaiman kondisi perekonomian bangsa, mengupas kendala yang ada dan membuat kajian-kajian strategis terkait masalah-masalah yang ada. (E-1)

PEKAN ILMIAH 2008

Selama dua minggu berturut-turut (8-25/3), BEM STAIN Jember mengadakan berbagai kegiatan yang terangkai dalam Pekan Ilmiah 2008.

Acara yang digelar di Aula STAIN Jember ini, beragam. Mulai dari bedah buku, ‘Jadilah Purnamaku Ning’ karangan Khilma Anis, ‘Peta Korupsi Daerah’ dari Lutfi J. Kurniawan, seminar pendidikan dan kemiskinan, sampai bazar buku.

Selain itu, beberapa perlombaan juga menyemarakkan acara ini. Di antaranya, Pidato bahasa Inggris dan bahasa Arab, resensi buku, dan lomba karya tulis ilmiah.

Harapan BEM, dari kegiatan ini adalah mempertegas eksistensi mahasiswa di era globalisasi. (E-1)

KEAMANAN STAIN BELUM KONDUSIF

Khusnul Ridlo: Seharusnya tidak ada mahasiswa yang bermalam di kampus

EDUKASIDi STAIN Jember, berkembang dua hal yang saling bertolak belakang. Pertama, STAIN berhasil mewujudkan impiannya untuk mengadakan program S2. Kedua, kekacauan sistem keamanan STAIN Jember.

Buktinya, setelah kantor BLM (Badan Legeslatif Mahasiswa) diobok-obok maling. Kantor HMJ Tarbiyah mengalami kejadian yang serupa, bahan lebih parah. Entah kantor siapa lagi yang bakal mendapat giliran.

Kemalingan sudah menjadi hal lumrah di kampus ini. Tinggal kapan dan siapa korban berikutnya.

Imbas dari semua itu, kampus menjadi kebal terhadap ulah para maling. Tidak nampak sebuah langkah ‘berani’ yang, minimal, bisa mencegah kantor-kantor UKM kemalingan.

Terkait masalah sistem keamanan, sebenarnya sudah ada sebuah peraturan dari pusat yang sampai sekarang masih digodog BLM (Badan Legeslatif Maha-siswa). Tetapi sayang, proses yang memakan dana tidak sedikit ini masih belum ada hasilnya.

Salah satu isi dari draf aturan yang turun adalah, kampus steril dari kegiatan mahasiswa di jam-jam tertentu.

Jika kampus steril, pihak keamanan menjadi mudah mengawasi seluruh sudut kampus. Mulai dari kelas, gedung UKM, hingga WC sekalipun.

Sebenarnya Ketua STAIN Jember, Khusnuridlo, sudah mewanti-wanti kepada seluruh mahasiswa untuk ikut serta menjaga keamanan kampus. “Sebenarnya tidak dibenarkan jika ada mahasiswa yang bermalam di kampus,” Ujar Khusnuridlo.

Namun, keputusan itu hanya di bibir. Di sebuah lembaga, sebuah kebijakan harus tertuang dalam sebuah peraturan tertulis. Dan tidak kalah pentingnya lagi, peraturan yang telah dibuat, harus diawasi dengan tegas.

Mungkin sampai saat ini, mahasiswa masih belum sadar jika barang-barang yang digondol maling itu dibeli dengan uang mereka. Tetapi jika nanti mereka sadar, mereka pasti menuntut penga-manan yang ekstra ketat terhadap aset STAIN Jember.

Lantas, jika keamanan di STAIN masih meragukan. Layakkah program S2 terus diperjuangkan kelahirannya. Ataukah jangan-jangan, kelahiran S2 adalah kelahiran prematur. S2 lahir hanya sebagai gagah-gahan saja. (E-1)

KINERJA TIM EVALUASI MOLOR

EdukasiTim evaluasi yang ditugaskan untuk menyelesaikan kasus KOPMA, berjalan melebihi batas waktu yang telah ditentukan. Hasil kesepakatan awal, tim evaluasi mempunyai waktu selama tiga bulan. Mulai dari November hingga Pebruari.

Saat dikonfirmasi ketika rapat evaluasi minggu kemarin (17/3), Sofyan Stauri, ketua tim evaluasi, menegaskan jika waktu yang diperlukan untuk proses evaluasi ini kondisional.

“Kemarin saja mahasiswa libur satu bulan lebih,” jelas Sofyan terkait habisnya waktu yang telah ditentukan.

Beberapa anggota tim evaluasi menyesalkan kejadian ini. Nukman Hakim, misalnya, ia sangat menghawatirkan keputusan yang akan diambil maha-siswa jika proses evaluasi berlarut-larut tanpa hasil yang maksimal.

Sampai sekarang, tim yang terdiri dari BEM, BLM, akademik, dan GPM ini, baru bisa mendapatkan AD/ART (Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga) KOPMA saja. Itu pun tidak semua anggota tim mendapatkan salinan dari AD/ART, pada waktu rapat evaluasi.

Ketika menyerahkan AD/ART, KOPMA melarang ketua tim evaluasi untuk menyebarluaskannya. “Ada sesuatu yang unik. KOPMA melarang saya dengan tegas supaya tidak menyebarluaskan AD/ART ini,” jelas Sofyan.

“Padahal, publik berhak tahu AD/ART sebuah lembaga atau organisasi,” tambahnya.

Setelah menemukan beberapa kekurangan yang ada di dalam AD/ART KOPMA, tim evaluasi belum berani mengambil keputusan. Pasalnya, tim evaluasi masih belum tahu bagaimana idealnya AD/ART yang berlaku pada sebuah Koperasi Mahasiswa.

Untuk itu, tim evaluasi mengambil langkah berdiskusi dahulu dengan Dikopinda dan Dinkop. Hasil diskusi ini bisa digunakan untuk memperbaiki AD/ART yang ada.


Analisa AD/ART KOPMA
Awalnya, kasus yang menimpa KOPMA menyeruak gara-gara pihak KOPMA mengadakan perekrutan kembali bagi mahasiswa yang bakal menjadi anggota KOPMA.

Padahal, ketika melunasi uang registrasi yang ditetapkan STAIN Jember, seluruh mahasiswa dibebani uang sebesar Rp. 20.000 untuk simpanan pokok.

Teori yang berkembang di perkoperasian Indonesia, siapa pun yang membayar simpanan pokok, berarti secara otomatis yang bersangkutan telah menjadi anggota koperasi.

Selain itu, mahasiswa yang rame-rame ngluruk toko KOPMA. Juga mempertanyakan kenapa orang yang bukan keluarga besar STAIN Jember bisa menjadi karyawan.

Terkait masalah mekanisme pembayaran simpanan pokok, di AD/ART tidak tertulis tentang itu.

Keputusan STAIN yang menarik langsung simpanan pokok dari seluruh mahasiswa ketika registrasi, itu tidak bisa dibernarkan. Karena kembali lagi, itu tidak ada di AD/ART.

Bayangkan saja, jika tiap tahun mahasiswa baru STAIN Jember mencapai 400 orang dan beban simpanan pokok sebesar Rp. 20.000. Berarti uang yang dihasilkan dari pungutan simpanan pokok berjumlah Rp. 8.000.000.

Nilai sebesar itu jelas mampu untuk mengembangkan KOPMA lebih dari yang sekarang.

Kedua masalah karyawan. Tidak ada satu ayat pun yang membenarkan orang lain (bukan mahasiswa dan alumni) menjadi karyawan di KOPMA. Kenyataannya, sampai sekarang KOPMA masih memakai tenaga ‘orang lain’ sebagai karyawan.

KOPMA menggunakan uang publik. Untuk itu, menjadi sebuah kewajiban mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada publik. Publik berhak tahu kemana uang yang mereka bayarkan, dan bagaimana uang itu dikelola. (E-1)

MASA DEPAN REPUBLIK INDONESIA

Rizal Ramli: Indonesia Butuh Pemimpin Transformatif
EDUKASIPredictability is dead. You can’t predict the future, but you can be ready for whatever it brings.

Seperti itulah KH. Salahuddin Wahid mengutip pernyataan Warren Bennis, yang menolak ramalan masa depan perekonomian suatu bangsa. Dalam ramalan yang berkembang, Indonesia bakal berubah dari negara agraria menjadi negara industri.

Salahuddin Wahid menjadi salah satu narasumber dalam Dialog Ekonomi Nasional “Grand Desain Manajemen Pembangunan Ekonomi Indonesia”, di Hotel Bandung Permai, Selasa (4/3).

Narasumber lainnya yang ikut meramaikan acara ini adalah Jendral Ryamizard Riyacudu, mantan Kasad dan Rizal Ramli, pengamat ekonomi nasional.

“Perekonomian bukanlah sesuatu yang eksak dan mudah diramal. Ramalan itu hanya perkiraan yang menunjukkan arah dan capaian yang akan kita raih,” tambah pria yang akrab dipanggil gus Sholah ini.

Sebagai contoh, gus Sholah mengamati kehidupan para petani di Indonesia. Menurut catatannya, petani harus membeli benih jagung/padi hibrida seharga Rp. 30.000–Rp. 40.000 per Kg. Tetapi saat panen, hasil produksi petani dijual dengan harga Rp. 2.000 per Kg.

Melihat kondisi yang tidak adil ini, Rizal Ramli mengibaratkan nasib petani Indonesia seperti ayam yang mati di lumbung padi. Menurutnya, pemerintah perlu merubah paradigma perekonomian yang berkembang.

“Paradigma membangun pertani-an perlu dirubah menjadi membangun petani,” tandas pria kelahiran Padang, 10 Desember 1957 ini.

Mendiskusikan perekonomian, tidak terlepas dari beberapa bidang yang terkait. Pendidikan, pertahanan keamanan, dan ketegasan peme-rintah yang sedang berjalan juga sangat berpengaruh.

Di dunia pendidikan, Rizal Ramli melontarkan kritikan pedas terhadap pihak-pihak yang mengelola lembaga pendidikan layaknya mengelola usaha perindustrian. “Saat ini, di pintu masuk kampus-kampus seakan tertulis anak miskin dilarang sekolah,” tambah Ramli.

Sementara itu, gus Sholah, yang erat dengan dunia pesantren. Mengeluhkan ketidakadilan pemerintah dalam mengayomi pesantren, yang merupakan salah satu lembaga pendidikan di tanah air.

Baginya, anggaran yang dikucurkan pemerintah untuk lembaga pesantren tidak sebanding dengan biaya yang diterima lembaga-lembaga pendidikan formal.

Pemetaan bagaimana nasib Indonesia ke depan, begeser pada pembahasan ketegasan pemerintah pimpinan SBY-Kalla saat ini. Ketiga narasumber, Rizal Ramli, gus Sholah, dan Riyacudu, kompak memberikan angka merah pada rapor pemerintah.

Rizal Ramli, yang pernah menjabat sebagai menteri perekonomian, menyesal-kan sikap pemerintah yang terlalu mudah disetir pihak asing. Menurut alumni Boston University ini, Salah faktor kenapa bangsa Indonesia ketinggalan, adalah kebijakan ekonomi kita yang diatur luar negeri.

Sebagai contoh, Word Bank pernah bersedia memberikan pinjaman kepada Indonesia sebesar USD 300.000.000, asalkan pemerintah membuat perundang-undangan migas.

“Ironisnya, dalam salah satu pasal undang-undang pesanan luar negeri itu berbunyi, bahwa Indonesia hanya boleh menggunakan 25% dari total produksi, sisanya, 75% harus diekspor,” tambah Ramli.

Sebagai solusi atas banyaknya per-soalan yang mendera bangsa, Ramli menyampaiakan jika bangsa ini perlu pemimpin yang transformatif. Pemimpin masa depan dituntut mampu memanfaatkan pluralitas masyarakat Indoneisa.

Di sisi lain, Ryamizard Riyacudu berpedoman jika orang yang akan meminpin bangsa ini harus bisa memanfaatkan segala potensi yang dimiliki Indonesia. Diantaranya, potensi Indonesia yang terletak di jalur perdagangan dunia. (E-1)

BADAK BERCULA SATU

Badak Jawa atau Badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus) adalah anggota famili Rhinocerotidae dan satu dari lima badak yang masih ada. Badak ini masuk ke genus yang sama dengan badak India dan memiliki kulit bermosaik yang menyerupai baju baja.

Badak ini memiliki panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini lebih kecil daripada badak India dan lebih dekat dalam besar tubuh dengan badak Hitam. Ukuran culanya biasanya lebih sedikit daripada 20 cm, lebih kecil daripada cula spesies badak lainnya.

Badak ini pernah menjadi salah satu badak di Asia yang paling banyak menyebar. Meski disebut “Badak Jawa”, binatang ini tidak terbatas hidup di pulau Jawa saja, tapi di seluruh Nusan-tara, sepanjang Asia Tenggara dan di India serta Tiongkok.

Spesies ini kini statusnya kritis, dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di alam bebas, dan tidak ada di kebun binatang. Badak ini kemung-kinan adalah mamalia terlangka di bumi.

Populasi 40-50 badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon di pulau Jawa, Indonesia. Populasi badak Jawa di alam bebas lainnya berada di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam dengan perkiraan populasi tidak lebih dari delapan pada tahun 2007.

Berkurangnya populasi badak Jawa diakibatkan oleh perburuan untuk diambil culanya, yang sangat berharga pada pengobatan tradisional Tiongkok, dengan harga sebesar $30.000 per kilogram di pasar gelap.

Berkurangnya populasi badak ini juga disebabkan oleh kehilangan habitat, yang terutama diakibatkan oleh perang, seperti perang Vietnam di Asia Tenggara juga menyebabkan berkurangnya populasi badak Jawa dan menghalangi pemulihan. (id.wikipedia.org)

LEGENDA BADAK KENCANA

Badak Kencana adalah dewanya para badak. Ia melindungi badak-badak bercula-satu dari kepunahan. Konon, Badak Kencana muncul ketika jumlah badak-badak bercula-satu di Ujung Kulon mencapai titik nadir.

Menurut cerita warga setempat, Sang Dewa itu datang mengencani badak-badak betina dan meninggalkannya dalam keadaan mengandung, sehingga jumlah badak yang kian menipis itu bisa bertambah. Bahkan terkadang bertambah lebih banyak lagi.

Namun, Badak Kencana itu bukan badak jantan. Ia tidak mempunyai kelamin, karena ia memang bukan sem-barang badak, ia tidak beranak dan diperanakkan.

Para nelayan di Ujung Kulon kini tidak pernah lagi melihat Badak Kencana. Tetapi mereka percaya kisah nenek moyang bahwa setiap kali jumlah badak bercula satu menipis, Badak Kencana akan muncul menyelamatkan mereka dari kepunahan.

Namun bukan hanya para nelayan yang mempercayai sesuatu tanpa melihatnya. Badak bercula satu diper-kirakan tinggal 50 ekor, tetapi angka ini tidak bisa dipastikan, karena mungkin saja jumlahnya 60 ekor.

Tim Sensus yang dikirim dari Jakarta menghitung jumlah badak bukan ber-dasarkan penglihatan atas badak-badak dengan mata kepala sendiri, melainkan, antara lain, berdasarkan jejak tapak kaki yang mereka tinggalkan.

Badak Kencana maupun badak-badak biasa sama-sama tidak pernah terlihat, namun keduanya kini berada di dalam kepala penduduk Ujung Kulon, dan sulit mereka keluarkan lagi seumur hidup.

Jejak tapak itulah yang memberi petunjuk kemunculan kembali Badak Kencana dan menjadi perbincangan para nelayan. Ketika melacak jejak badak, Tim Sensus menemukan jejak tapak badak yang keemas-emasan.

Suatu jejak tapak di tanah yang membuat butir-butir tanah yang terinjak itu seperti serbuk emas.Tapak kaki Badak Kencana itu hanya satu, bukan empat, namun itu sudah cukup untuk menun-jukkan kehadirannya.

Bagi penduduk Tamanjaya, kampung nelayan dari mana perahu biasa berangkat menuju Pulau Peucang, kehadiran Badak Kencana sebagai dongeng telah melekat bagaikan kenyataan, sehingga jejak tapak badak keemas-emasan itu seperti bagian dari sebuah dunia yang telah mereka kenal.

Perbincangan tentang Badak Kencana itu sempat lama hilang, terutama ketika radio dan televisi memasuki desa. Hampir tiga puluh tahun lebih ingatan kepada Badak Kencana seperti terhapus dan menguap bersama udara. (E-1)

Pantai Paseban

MUARA MATA PENCAHARIAN WARGA

EDUKASI
‘Segoro Kidul’, selain populer dengan mitos ‘Nyai Roro Kidul’ yang melegenda, juga terkenal dengan lautan pasirnya. Sejauh mata memandang, dari ujung timur hingga ujung barat, hamparan pasir membuat pantai yang terletak di Desa Paseban, Kecamatan Kencong ini semakin eksotis.

Hilmi Setiawan

“Jangan memakai baju merah jika ingin ke Pantai Paseban. Karena warna merah berarti berani kepada Nyai Roro Kidul,” ungkap mbah Cipto (65) tentang mitos Pantai Selatan. Mbah Cipto adalah warga asli Paseban. Sejak usia dua puluhan, ia sudah bekerja sebagai penjaga parkir di selatan pintu masuk Pantai Paseban.

Bagi mbah Cipto, serta ratusan warga Paseban, pantai tidak hanya sekedar tempat rekreasi. Lebih dari itu, pantai paseban menjadi lading mencari nafkah. Rupiah demi rupiah, mereka kais dari terbit fajar hingga sang surya tenggelam.

Mulai dari tukang parkir, pedagang asongan, nelayan, pencari kijing, higga pemulung, semuanya ada. Sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Terik matahari yang menyengat, pekatnya udara pantai, seakan berlalu begitu saja bagi mereka.

Tukang parkir dengan peluit kecil di sela bibirnya. Menyapa setiap pengunjung yang datang dengan ramah. Motor seribu, mobil lima ribu, bisa langsung masuk, Murah, murah… seperti inilah mantra mujarab yang kerap mereka pakai.

Agak ke selatan sedikit, di antara rerimbunan pohon pandan laut. Ibu-ibu paro baya, memilah dan memilih kayu-kayu kecil yang berserakan. Ibu-ibu ini mencari kayu yang nantinya bakal mereka jual, sebagian lagi mereka gunakan sebagai kayu bakar. Bagi ibu-ibu ini, minyak tanah merupakan barang mewah. Perlu berpikir tiga kali untuk membelinya.

Mendekati bibir pantai, deburan ombak mewarnai kegiatan masyarakat setempat yang semakin beragam. Mereka tidak peduli dengan besarnya ombak.

Nelayan berjuang menaklukkan ombak dengan taruhan nyawa, supaya bisa sampai ke pesisir. Lalu dengan segera menjual hasil tangkapannya. “Karena ombak yang sebesar ini, ikan yang kami tangkap sedikit,” ujar salah satu nelayan.

Selain mencari ikan, warga setempat juga mencari Kijing. Hewan sejenis kerang, tetapi ukurannya kecil, kurang lebih sebesar uang logam pecahan seratus. Kijing hidup di dalam pasir yang terus terkena ombak.

Indah Sari. Bocah berusia 7 tahun ini, menghabiskan hari-harinya di pinggir pantai. Bersama ibunya, ia berangkat mencari kijing setelah sarapan pagi, sekitar pukul delapan.

Di saat anak sebayanya asyik belajar di dalam kelas. Sari, sapaan akrabnya, dengan cepat dan tepat mengeruk pasir untuk berburu kijing.

Entah karena banyaknya kijing, atau naluri Sari yang besar. Setiap kali ia mengeruk pasir, selalu saja ada kijing yang tertangkap tangan mungilnya. Sari benar-benar hebat.

Matahari tepat di atas ubun-ubun. Sari dan ibunya menyudahi perburuan yang mereka mulai sejak pagi. Lelah terasa terbayar lunas, ketika melihat kijing memenuhi timba ukuran sedang yang mereka bawa dari rumah.

Sesampainya di rumah, kijing pun siap diolah. “Sama ibu, kijing biasanya ditumis,” ketus Sari. Memang, warga Paseban biasa mengolah kijing menjadi tumisan yang menggugah selera.

Meskipun belum bersekolah, Sari sudah menyipakan cita-cita yng tinggi. “Saya ingin jadi dokter,” jawab Sari tegas, ketika ditanya ingin jadi apa jika sudah besar nanti.

“Jika sudah jadi dokter, ibu tidak usah repot-repot lagi pergi ke Puskesmas,” tambahnya.

Hari Perempuan Nasional

JEMBER - GPP (Gerakan Peduli Perempuan) bekerja sama dengan KPI (Koalisi Perempuan Indonesia) Cabang Jember, memperingati hari perempuan dunia yang jatuh pada tanggal 8 Maret 2008 dengan menggelar aksi demonstrasi di sekitar Pasar Tanjung.

Dalam aksi ini, mereka mengangkat isu kasus-kasus pembunuhan terhadap perempuan. Kejadian ini sangat memprihatinkan, perempuan di Jember dihantui kecemasan menjadi korban kekerasan.

Dalam selebaran yang mereka bagikan, kekerasan terhadap perempuan adalah kejahatan yang melanggar HAM (Hak Asasi Manusia). Kekerasan terhadap perempuan terjadi dimanapun, baik di dalam rumah tangga, ataupun di tempat publik.

Selain itu, korban kekerasan ini juga bisa siapa saja. Anak-anak kita, tetangga samping rumah, bahkan diri sendiri.
Kepada masyarakat, GPP dan KPI menyerukan supaya mereka dapat mencegah dan melaporkan kekerasan terhadap perempuan. (E-1)

PACEKLIK PANJANG MENGANCAM NELAYAN PUGER

PUGER - Ribuan nelayan di Kecamatan Puger, saat ini menjalani masa-masa suram. Musim paceklik yang biasanya hanya dua bulan, September dan November. Sekarang, musim yang paling meresahkan nelayan ini, diprediksi berakhir pada awal Mei nanti.

Para nelayan mengeluh karena mereka tidak bisa bekerja lagi. Perekonomian nelayan Puger limbung, di saat harga-harga kebutuhan sehari-hari terus merangkak naik.

Jika terpaksa melaut, hanya beberapa perahu kecil saja yang berani mencari ikan. Itu pun hasilnya minim. Sedangkan perahu-perahu ukuran sedang dan besar, lebih memilih bersandar.
Setelah mengajukan surat permohonan pekerjaan ke pemerintah. Beberapa nelayan Puger ada yang bekerja membersihkan saluran air, dengan upah Rp 20.000 setiap hari. (E-1)

PUTRET BURAM TENAGA KERJA INDONESIA

EDUKASI – Kematian Leni Novita Vendy Jangky (22), tenaga kerja asal Sariono, Kecamatan Jombang, Jember, menambah panjang daftar hitam penempatan dan perlindungan tenaga kerja kita di luar negeri.

International Labour Organization (ILO) mencatat, setiap tahun lebih dari 400.000 orang Indonesia melakukan migrasi mencari kerja. Motivasi mereka adalah keinginan untuk memperoleh gaji yang lebih besar dan kesempatan yang lebih baik.

Secara keseluruhan, migrasi merupakan sebuah pengalaman yang produktif bagi sebagian besar orang Indonesia, tetapi bagi beberapa yang lain, tidak.

Meskipun terdapat standar-standar internasional untuk melindungi mereka, hak-hak asasi mereka sebagai pekerja kerap diremehkan. Kurangnya perlindungan mengakibatkan mereka menjadi bulan-bulanan mulai prakeberangkatan sampai pulang kembali ke tanah air.

Hak asasi manusia (HAM) mengacu pada hak-hak yang melekat pada seseorang karena ia adalah manusia. HAM tidak memandang ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, latar belakang sosial dan lain sebagainya.

Sebagai manusia yang bekerja untuk mencari uang, para tenaga kerja Indonesia juga mempunyai hak-hak asasi pekerja migran. Hak-hak tersebut disediakan oleh negara-negara pengekspor dan pengimpor tenaga kerja.

Oleh karena itu, pemerintahan di kedua belah pihak bertanggung jawab memberikan, dan melindungi hak-hak para pekerja migran.

Dalam Deklrarasi Philadelphia, 1994, yang dikeluarkan ILO, berlaku beberapa prinsip ketenagakerjaan. Pertama, pekerja bukan komoditas. Kedua, kebebasan berekspresi dan berserikat merupakan hal yang penting bagi kemajuan yang berkelanjutan. Ketiga, kemiskinan di mana-mana merupakan bahaya untuk kemak-muran.

Keempat, semua manusia, tanpa memandang ras, kepercayaan, atau jenis kelamin, memiliki hak untuk memperoleh kesejahteraan materua dan pembangunan spiritual mereka, dalam kondisi kebebasan dan bermartabat, kemanan ekonomi dan kesempatan yang setara.

Bagi masyarakat yang tinggal di daerah lumbung TKI, seperti Ambulu, Tempurejo dan Kencong, sulit mendapatkan informasi tentang hak-hak tenaga kerja migran.

Kondisi ini diperparah dengan menjamurnya calo-calo pencari pekerja yang ingin mengadu nasib di negeri orang. Gaji tinggi, pemberangkatan yang cepat dan pekerjaan yang tidak berat. Adalah tiga jurus andalah para calo yang beroperasi di desa-desa.

Padahal, belum ada jaminan jika calo-calo tadi dapat memberangkat dengan mekanisme yang legal. Jika yang terjadi sebaliknya, akibatnya cukup fatal.

TKI yang sudah berada di luar negeri, nyawanya sudah tidak ada harga. Dari laporan Gerakan BMI (Buruh Migran Indonesia) Jember, di Malaysia nyawa para TKI sudah tidak ada harganya.

Kondisi diperparah dengan sikap pemerintah yang terkesan tutup mata dan telinga. Atas nama perbaikan iklim investasi daerah, pemerintah kita risih dengan peraturan-peraturan yang bisa membuat investor kabur.

Akibatnya, sekarang tempat-tempat Penyalur Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) berkembang seperti jamur di musim hujan. Parahnya lagi, dari sekian banyak PJTKI yang ada, tidak semuanya resmi. Data terakhir mennyebutkan, hanya ada dua PJTKI legal yang ada di Jember. (E-1)

Friday, February 22, 2008

KEPASTIAN HUKUM







Seorang pelajar,
duduk di depan poster penguasa Orde Baru, Soeharto, di sekitar RSPP Jakarta, Rabo (23/1). Dalam kasus Soeharto ini, pemerintah dihadapkan dengan polemik memberi gelar jasa atau ketegasan hukum. (ADEK BERRY/AFP)

Berbondong-bondong Gabung Askar Wathaniyah

Dari hasil kunjungan Komisi I DPR ke kawasan Pulai Sibati, Tawau, Tarakan Meidan, Juni 2005, yang disampaikan Ali Muchtar Ngabalin dan Mayjen Sembiring Meliala, Minggu (17/2). Terdapat 9-13 ribu WNI (warga negara Indonesia) yang ditarik menjadi milisi AW (Askar Wathaniyah).

Ngabilin pernah bertemu langsung dengan WNI yang menjadi anggota AW. “Di sini sulit mendapatkan pekerjaan, kalau tidak menjadi bagian dari sekuriti Malaysia,” Ngabilin menirukan keluh WNI yang menjadi anggota AW.

Sementara itu, pengamat intelejen, Wawan Purwanto, menegaskan tidak ada perekrutan WNI ke AW. “Malaysia tidak akan mau menerima warga negara Indonesia menjadi pasukan bela negara. Sebab, mereka takut kebobolan intelejen kita,” tambah purwanto. (JP/E-1)

Anti Plastic Bag Campaign 2008

Data terakhir menyebutkan, jumlah sampah kantong plastik di seluruh dunia saat ini mencapai 500 juta hingga satu milyar kantong plastik.

“Artinya, warga dunia menghasilkan satu juta sampah kantong plastik setiap menit,” ungkap Cinta Azwirdatari, Ketua Panitian “Anti Plastic Bag Campaign 2008”
Aksi yang dipusatkan di Kampus ITB ini, merupakan salah satu wujud tindakan nyata kepedulian mahasiswa dalam upaya menjaga lingkungan.

Target dari kampanye ini adalah menciptakan suatu tren di kalangan anak muda untuk membawa tas sendiri saat berbelanja sebagai pengganti kantong plastik, sehingga bisa mereduksi sampah.

Sasaran kampanye ini memang anak muda, yaitu dalam rentang usia 15–25 tahun.
Ikon kampanye ini adalah Dewi Lestari, seorang figur publik yang seringkali menunjukkan kepeduliannya terhadap lingkungan, salah satunya dengan membuat tulisan mengenai plastik di blognya.

“Masalah lingkungan adalah masa-lah yang paling tidak mengenal ras, gender, dan latar belakang social,” katanya. “Bumi kita kan cuma satu.” Menurutnya, saat ini sudah banyak orang yang peduli terhadap lingkungan, tapi bingung mesti mulai dari mana. Mereka menunggu tangan besar. Padahal menurutnya, “Tangan–tangan kecil pun bisa mempunyai peran.”
Menurut Sobirin, dari DPKLTS (Dewan Pemerhati Lingkungan dan Tatar Sunda), lebih dari 90% warga kota Bandung tidak peduli pada sampahnya. Salah satu jenis sampah adalah kantong plastik bekas yang membutuhkan waktu sekitar 500 tahun untuk terdekomposisi secara sempurna.

“Sampah kantong plastik di kota Bandung saja seharinya bisa menutupi 50 lapangan bola,” tambah Sobirin, saat konferensi pres di Campus Center ITB, Senin (4/3) kemarin. (E-1)

PBB; Prajurit Anak, Tersebar di Penjuru Dunia


Serdadu cilik, lengkap dengan senjata laras panjang di pundaknya. Dari catatan PBB (17/2), di Congo, terjadi ekploitasi besar-besaran terhadap anak kecil. (UN/FilePhoto)

Masa kecil yang seharusnya penuh dengan rasa tentram dan aman. Tidak berlaku bagi anak-anak yang hidup di negara konflik. Sejak kecil, anak-anak ini sudah terbiasa dengan desing senapan.

58 kelompok separatis yang terdapat di 13 negara, terus merekrut anak-anak untuk dijadikan prajurit perang. “Kondisi ini sama sekali tidak bisa diterima,” menurut pejabat senior PBB di Amerika.

Hasil laporan Ban Ki-moo, 13 negara yang merekrut anak-anak untuk dijadikan prajurit perang yaitu: Afghanistan, Burundi, Afrika Tengah, Kongo, Myanmar, Nepal, Somalia, Sudan, Chad, Kolombia, Philipina, Sri Lanka dan Uganda.

Wakil menteri umum, Radhika Coomaraswamy, memaparkan jika Dewan Keamanan PBB minggu ini (17/2), akan menambahkan pelayanan perlindungan kepada anak di daerah konflik. Akibat peperangan, banyak anak yang terbunuh, diculik, diperkosa dan ditutup akses untuk hidup aman bersama lingkungan sekitarnya.

Dalam kesempatan lain, Menteri Pertahanan Perancis, Bernard Kouchner, mengatakan jika negaranya terus memantau kondisi anak-anak yang hidup di wilayah perbatasan.

“Saat ini harus tidak ada penyusutan kekuatan. Target melawan kekerasan terhadap anak menjadi tanggung jawab bersama,” tambah Kouchner. (AP/E-1)

Benar-benar Mantap.............

EdukasiPengalaman makan siang dengan latar belakang persawahan yang menghijau, serta ditemani ribuan ikan emas yang berenang kesana-kemari. Rasanya, sulit sekali kita temukan di Kota Jember

Hilmi Setiawan

Tiga jam berkutat dengan puluhan lembar daftar agenda HMJ setahun ke depan. Kepala ku serasa penuh sesak dengan jutaan huruf dan ribuan angka. Belum lagi, usaha saling sanggah dan lempar pendapat, membuat suasana siang hari itu semakin panas.

Tetapi dengan sedikit bersabar. Aku dapat imbalan yang cukup seimbang. Dengan capek, lelah dan kantuk yang aku alami.

Sesaat setelah sahabat Asfar menutup RAKER dengan bacaan hamdalah. Aku dan seluruh pengurus HMJ Tarbiyah STAIN Jember 2007-2008, bergegas mencari tempat makan yang enak, murah dan beda dari yang lainnya.

“Woi…., di seberang jalan sana lho, ada warung bebas, “ suara Nukman, tiba-tiba terdengar dari barisan paling belakang.

Tanpa pikir panjang dan banyak pertimbangan, kita semua menuju titik yang ditunjuk Nukman tadi.

Setelah menyebrang jalan raya yang tidak terlalu lebar, hanya sekitar 4 meter. Aku terkejut, baru kali ini menemukan warung yang benar-benar unik. Kenapa? Karena dari depan, sama sekali tidak kelihatan warungnya. Yang ada hanya sebuah bengkel kendaraan bermotor yang cukup besar.

Wah, gila si Nukman, bengkel gini dibilang warung. Pikir ku.

Di bengkel itu, ke empat sisi didingnya hitam legam. Belepotan oli semuanya. Beberapa motir, sedang asyik memutar ke kanan-ke kiri sebatang engkol. Di sampingnya, pria yang punya sepeda motor asyik dengan sebatang rokok yang ada di antara jari telunjuk dan jari tengahnya.

Beberapa meter berjalan melalui jalan setapak di samping bengkel tadi. Aku dikejutkan dengan tatanan ikan bakar yang membujur rapi di sebuah piring berukuran 30-an sentimeter.

Ya, akhirnya aku temukan sebuah warung makan. Tidak terlalu luas, kira-kira kapasitasnya 30 orang

Di samping ikan tadi, ada semangkuk tumis Pakis, sambal, Ayam goreng, Telor goreng, sayur asam dan yang terakhir, penyet Terong.

Sementara itu, di rak bagian bawah, puluhan jenis kerupuk dengan berbagai ukuran, tertata tidak serapi ‘teman-temannya’ di atasnya.

Sebentar aku berdiri di tengah-tengah warung itu. Aku tahu maksud dari ‘Warung Bebas’ yang dikatakan Nukman tadi. Ternyata di warung ini, kita bebas mengambil apapun langsung dengan tangan kita sendiri. Orang-orang biasa menyebut model prasmanan.

Tetapi, perlu diketahui. Bebas di warung yang seluruh masakannya dimasak oleh santri sebuah ponpes ini, adalah bebas yang bertanggung jawab. Artinya, kita tidak boleh mengecewakan kepercayaan yang diberikan si pemilik warung.

Keunikan lain yang ada di warung ini, adalah kolam ikan yang mengelilingi warung. Kolam yang memanjang dari pinggir jalan hingga ke belakang ini, digunakan untuk budidaya Ikan air tawar. Misalnya, ikan Emas dan ikan Gurami.

Jika ingin melihat seberapa banyak ikan yang ada di kolam, cukup lemparkan sisa-sisa nasi yang ada di piring. Pluk, dengan seketika ratusan ikan berebut beberapa butir nasi yang telah kita lempar.

Seketika itu pula air tampak mengu-ning, akibat dari banyaknya ikan Mas yang berenang naik ke permukaan.

Puas rasanya, makan sekenyangnya dengan dihibur ribuan ikan Mas. Urat-urat syaraf yang dari pagi menegang. Kini kembali kendur. Benar-benar kenangan makan selera tinggi. Mudah-mudahan, aku bisa mengunjungi kalian lagi ikan-ikan yang manis.

Jelajah